Posted on Leave a comment

KUBET – Legenda Ular Kepala Tujuh dari Bengkulu yang Diyakini Sebagai Penunggu Danau Tes

images info

Legenda ular kepala tujuh merupakan salah satu kisah cerita rakyat yang berasal dari daerah Bengkulu. Legenda ini berkisah tentang Raja Ular yang diyakini sebagai sosok penunggu Danau Tes.

Lantas bagaimana kisah lengkap dari legenda ular kepala tujuh tersebut?

Legenda Ular Kepala Tujuh

Dilansir dari buku Irwan Rouf dan Shenia Ananda yang berjudul Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia: dari Sabang sampai Merauke, dikisahkan pada zaman dahulu di daerah Bengkulu terdapat sebuah kerajaan yang bernama Kutei Rukam. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja bernama Raja Bikau Bernamo.

Suatu ketika, Raja Bikau hendak menikahkan putranya yang bernama Gajah Meram. Putranya tersebut akan dinikahkan dengan seorang putri dari Kerajaan Suka Negeri bernama Putri Jinggai.

Mendekati hari pernikahan, Gajah Meran dan Putri Jingai melakukan upacara di pemandian Aket. Pemandian ini berada di tepian Danau Tes.

Namun kedua pasangan ini tiba-tiba hilang begitu saja. Kerabat Putri Jiggai berkata bahwa mereka telah diculik oleh Raja Ular yang berada di Danau Tes.

Raja Bikau Bernamo kemudian mencari cara bagaimana menyelamatkan putra dan calon menantunya. Ketika sedang berpikir ini, anak Raja Bikau Bernamo yang baru berusia 13 tahun, yaitu Gajah Merik tiba-tiba menawarkan diri untuk melawan Raja Ular.

Gajah Merik berniat untuk mengembalikan kakaknya. Raja Bikau Bernamo kemudian mengizinkan niat Gajah Merik tersebut.

Namun sebelum itu, Raja Bikau Bernamo terlebih dahulu menyuruh Gajah Merik untuk bertapa di Tepat Topes. Gajah Merik kemudian mengikuti perintah ayahnya tersebut dan bertapa selama tujuh hari tujuh malam.

Setelah bertapa, Gajah Merik mendapatkan pusaka beruba sebilah keris. Tidak hanya itu, Gajah Merik juga mendapatkan sehelai selendang.

Berbekal dua benda pusaka ini, Gajah Merik kemudian menyelam ke dasar Danau tes. Tidak lama berselang, dia berhasil menemukan tempat persembunyian Raja Ular.

Ketika Gajah Merik mendatangi tempat tersebut, dirinya dihadang oleh dua ular penjaga berukuran besar. Akan tetapi, Gajah Merik berhasil mengalahkan kedua ular tersebut dengan mudah.

Kemudian Gajah Merik berhasil bertemu dengan Raja Ular. Gajah Merik meminta Raja Ular untuk membebaskan Gajah Meram.

Raja Ular berkata akan membebaskan Gajah Meram jika Gajah Merik berhasil mengalahkannya. Akhirnya pertempuran antara Gajah Merik dan Raja Ular tidak terelakkan.

Pertarungan ini berlangsung selama berhari-hari tanpa henti. Tepat pada hari keenam, Gajah Merik berhasil menancapkan kerisnya ke perut Raja Ular.

Raja Ular kemudian menyerah dan mengakui kekalahannya. Dirinya kemudian membebaskan Gajah Meram bersama Putri Jinggai.

Keberhasilan Gajah Merik ini kemudian disambut gembira oleh seluruh istana. Ketika Raja Bikau Bernamo beranjak tua, dia hendak memberikan tahta kepada Gajah Meram.

Namun Gajah Meram menolak hal tersebut. Dia berkata bahwa Gajah Merik lebih berhak untuk menjadi raja di daerah tersebut.

Raja Bikau Bernamo kemudian memberikan tahta kerajaan kepada Gajah Merik. Gajah Merik lalu memberikan satu syarat sebelum menerima gelar tersebut.

Dirinya ingin Raja Ular yang pernah dikalahkan sebelumnya diangkat menjadi hulubalang di kerajaan tersebut. Raja Bikau Bernamo akhirnya menerima persyaratan yang diberikan oleh anaknya itu.

Akhirnya Gajah Merik diangkat menjadi raja di Kerajaan Kutei Rukam. Gajah Merik kemudian mengangkat Raja Ular sebagai hulubalang di kerajaan yang dia pimpin.

Menurut kepercayaan masyarakat, Raja Ular yang diyakini memiliki kepala tujuh ini merupakan penunggu dari Danau Tes. Oleh sebab itu, setiap masyarakat percaya mesti menjaga sikap ketika berkunjung ke danau tersebut.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *