Posted on Leave a comment

KUBET – Helatan Pesta Dansa dalam Acara Ulang Tahun UGM ke-3 pada 1952, Bagaimana Pelaksanaannya?

images info

Tahukah Kawan bahwa dansa pernah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia, khususnya di kota-kota besar pada era 1950-an? Bahkan helatan pesta dansa pernah diselenggarakan di Yogyakarta dalam rangka memperingati ulang tahun Universitas Gadjah Mada yang ketiga pada 1952.

Bagaimana pelaksanaan pesta dansa dalam acara ulang tahun UGM yang ketiga tersebut? Simak ulasan lengkapnya dalam artikel berikut ini.

Keberadaan Dansa di Indonesia

Meskipun sempat populer pada era 1950-an, keberadaan dansa di Indonesia sebenarnya sudah berkembang dalam kurun waktu lama. Tatag Nasrul Andriawan dalam skripsinya yang berjudul “Dansa dalam Masyarakat Jakarta, 1950-an” menjelaskan bahwa dansa sebenarnya sudah berkembang di Indonesia sejak awal abad ke-19.

Pada saat itu, gaya hidup dansa banyak dilakukan oleh orang-orang Eropa yang berada di Hindia Belanda dulunya. Orang bumiputera sendiri baru mulai menggeluti gaya hidup ini di era 1920-an.

Masyarakat bumiputera dari kalangan tertentu mulai melakukan dansa selayaknya Eropa pada waktu itu. Namun keberadaan dansa di tengah masyarakat bumiputera ini baru benar-benar populer di era 1950-an.

Fenomena ini terjadi ketika masyarakat bumiputera mengekspresikan rasa bahagia mereka atas pengakuan kemerdekaan yang didapatkan Indonesia. Apalagi pada momen tersebut orang-orang Eropa yang ada di Indonesia banyak yang kembali ke tempat asal mereka.

Situasi ini membuat kegiatan dansa di tengah masyarakat mulai meningkat, khususnya di kota-kota besar yang ada di Indonesia. Salah satu pesta dansa yang diselenggarakan pada periode ini bisa Kawan lihat dalam perayaan ulang tahun Universitas Gadjah Mada yang ketiga.

Pesta Dansa untuk Memperingati Ulang Tahun UGM yang ke-3 pada 1952

Dalam tesisnya yang berjudul, “Masalah Dansa: Opinions on Social Dancing in Indonesian Print Media, 1948–1954,” Tatag Nasrul Andriawan menyebutkan bahwa helatan pesta dansa pernah diselenggarakan di Yogyakarta pada 1952. Pesta dansa ini diselenggarakan dalam rangka peringatan ulang tahun Universitas Gadjah Mada sekaligus momen Natal pada waktu itu.

Pesta dansa ini diadakan di salah satu gedung di Ngasem milik Kesultanan Yogyakarta yang juga menjadi tempat Fakultas Kedokteran UGM pada 20 Desember 1952 dan dimulai pada pukul 20.00 WIB. Pesta ini diadakan oleh mahasiswa UGM dalam rangka memperingati acara ulang tahun tersebut.

Tatag menjelaskan bahwa adanya acara pesta dansa ini bisa dipengaruhi oleh tren yang tengah terjadi pada saat itu. Apalagi gelaran pesta dansa sering diadakan di kota-kota besar lain yang ada di Indonesia, seperti Jakarta dan Bandung.

“Kemungkinan besar (adanya pesta dansa) memang karena tren banyak anak muda yg berdansa. Paling tidak, waktu itu mahasiswa di Bandung dan Jakarta, banyak yg mengadakan pesta dansa di rumah ketika ulang tahun, pernikahan, dan perayaan lain. Jadi kemungkinan di Jogja juga sama,” jelas Tatag ketika dihubungi tim GNFI via pesan WhatsApp pada Kamus, 6 Februari 2025.

Apalagi helatan pesta dansa ini bukanlah kali pertama yang diadakan di gedung tersebut. Beberapa momen sebelumnya, acara serupa juga pernah diadakan di sana.

“Menurut laporan di majalah Gama, majalahnya mahasiswa UGM waktu itu, gedung kuliah kedokteran di Ngasem itu memang sebelum kejadian tahun 1952 sudah beberapa kali dipakai untuk pesta dansa,” tulis alumnus Asian Studies Universitas Leiden tersebut.

Pelaksanaan Acara

Persiapan pesta dansa pada waktu itu tidak mendapatkan masalah sama sekali. Terlebih pesta dansa yang diadakan oleh mahasiswa ini mendapatkan izin penuh dari pihak kampus dan kesultanan.

Namun pelaksanaan acara pesta dansa ini tidak berlangsung seperti yang diharapkan. Ketika acara pesta dimulai, tiba-tiba datang sekelompok orang dari kelompok anti-dansa yang membubarkan acara tersebut.

Pada waktu itu memang muncul kelompok anti-dansa yang menentang keras diadakannya kegiatan seni ini. Pembubaran paksa yang dilakukan oleh kelompok tersebut membuat pesta dansa yang diadakan untuk memperingati ulang tahun UGM tidak terlaksana seperti yang direncanakan.

Bahkan pembubaran ini sampai menjadi bahasan khusus dalam pertemuan Dewan Guru Besar UGM. Sejak saat itu, pelaksanaan pesta dansa mulai digelar secara sembunyi-sembunyi.

Adanya penolakan ini secara tidak langsung juga menandai menurunnya popularitas dansa di tengah masyarakat pada periode waktu tersebut. Munculnya Tari Muda-mudi yang memadukan dansa dengan tari tradisional ciptaan Prabuwinoto dari Keraton Surakarta juga tidak berpengaruh banyak untuk meningkatkan popularitas kegiatan seni ini pada waktu itu.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *