
Tahukah Kawan GNFI jika Indonesia merupakan negara yang memiliki populasi keturunan Tionghoa paling banyak di dunia? Saat ini, disebut bahwa populasi warga yang memiliki darah asal negeri tirai bambu di Indonesia itu mencapai 11,2 juta.
Selain Indonesia, Thailand dan Malaysia juga memiliki populasi keturunan Tionghoa yang besar. Masing-masing memiliki setidaknya 7 juta dan 6,9 juta penduduk keturunan Tionghoa.
Asia Tenggara memang dikenal memiliki banyak warga keturunan Tionghoa, termasuk Indonesia. Namun, apakah alasan di balik banyaknya warga keturunan Tionghoa di sini?
Alasan dan Awal Mula Banyaknya Keturunan Tionghoa di Indonesia
Dalam tulisan yang dipublikasikan oleh chinese.binus.ac.id yang dikelola oleh Binus University, Kronik Cina Kuno menyebut bahwa hubungan Indonesia dan Tiongkok sudah terjalin sejak abad pertama dan kedua. Saat itu, banyak pedagang Tiongkok yang tercatat mengunjungi beberapa daerah di pantai timur Sumatra dan daerah pantai utara Jawa.
Uniknya, di daerah-daerah tersebut juga sudah terdapat pemukiman orang Tionghoa. Mereka diklaim merupakan pedagang yang sedang menunggu musim yang baik untuk kembali berlayar ke Tiongkok.
Indonesia sejak dahulu dikenal karena kekayaan alamnya yang melimpah. Hal ini yang menarik pedagang dari berbagai sudut dunia, termasuk Tionghoa. Letaknya yang sangat strategis juga menjadi alasan kenapa banyak pedagang Tiongkok datang ke Indonesia.
Kawan GNFI, dahulu, banyak orang Tiongkok yang datang ke Asia Tenggara untuk berbisnis. Mereka akan tinggal di daerah tertentu dalam kurun waktu yang singkat. Umumnya para pedagang ini akan menunggu perubahan arah angin yang dapat membawa mereka kembali ke negara asalnya.
Di Luar China, Ini Negara dengan Populasi Tionghoa Terbanyak
Dari sejarah migrasi orang Tionghoa, kedatangan mereka di Indonesia hingga akhir abad ke-19 sebenarnya cukup terbatas karena kendala transportasi. Mayoritas yang tiba di Jawa adalah laki-laki, terutama dari daerah selatan Tiongkok.
Sebagian dari mereka merupakan orang Hokkian yang kemudian menikah dengan wanita pribumi. Seiring berjalannya waktu, mereka membentuk komunitas Tionghoa Peranakan. Banyak dari imigran tersebut yang mengadopsi cara hidup penduduk asli, bahkan berbicara dengan bahasa lokal, bukan dengan bahasa Mandarin.
Selain sebutan Tionghoa Peranakan, ada juga sebutan Tionghoa Totok. Istilah ini merujuk kepada mereka yang lahir di Tiongkok. Biasanya, mereka yang “totok” ini masih ada yang fasih berbahasa Mandarin.
Kedatangan Imigran Tiongkok yang Memengaruhi Kehidupan Sosial di Indonesia
Dari sebuah artikel berjudul Imigran Cina: Peranannya dalam Sejarah Perdagangan Indonesia yang diterbitkan oleh Jurnal Berkala Arkeologi, banyak perubahan sosial yang ditimbulkan akibat pengaruh para imigran Tiongkok tersebut. Contoh sederhananya adalah resep masakan Tiongkok yang berpengaruh pada resep makanan Indonesia.
Lalu, ada juga pengobatan tradisional Tiongkok dan ramuan obat tradisionalnya yang memengaruhi pengobatan lokal. Bahkan, dijelaskan juga bahwa banyak ragam hias dan batik Indonesia yang semakin diperkaya dengan motif-motif dari Tiongkok, seperti motif gubung batu, burung phoenix, awan, hingga naga.
Di sisi lain, dahulu saat Belanda menjajah Indonesia, banyak orang Tionghoa yang diboyong ke Indonesia untuk bekerja di sektor perdagangan atau bekerja di perkebunan maupun pertambangan. Seiring berjalannya waktu, sebagian dari mereka enggan kembali dan memilih untuk menetap dan mengembangkan bisnis di Indonesia.
Jika Kawan GNFI bertanya-tanya, kenapa banyak warga keturunan Tionghoa di Indonesia yang sangat pandai berdagang, tentu hal ini juga dipengaruhi oleh nenek moyang mereka yang memang gemar berdagang. Ditambah lagi, tumbuhnya idealisme untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik dari mereka saat masih berada di negara asalnya juga menjadi alasan.
Populasi masyarakat keturunan Tionghoa ini semakin berkembang. Banyak dari mereka yang berhasil membangun kehidupan yang stabil dan mapan hingga sekarang.
Menguak Alasan tidak Ada Kawasan Pecinan di Kota Bandung, Ini Latar Belakang Sejarahnya
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News