
Legenda batu panas merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari Papua. Legenda ini berkisah tentang sebuah batu yang panas dan bisa digunakan untuk memasak bahan makanan bagi masyarakat.
Simak cerita lengkap dari legenda batu panas tersebut dalam artikel berikut ini.
Legenda Batu Panas
Dilansir dari buku Yusup Kristianto yang berjudul Cerita Rakyat Indonesia: 40 Cerita Rakyat Nusantara, dari Aceh sampai Papua, Disertai Lagu Anak, diceritakan pada zaman dahulu hiduplah sepasang suami istri yang tinggal di daerah Kamboi Rama. Mereka menjadi satu-satunya keluarga yang tinggal di daerah tersebut.
Sebenarnya dulunya daerah Kamboi Rama ditinggali oleh banyak orang. Apalagi daerah tersebut dulunya terdapat banyak sekali pohon sagu.
Bagi masyarakat setempat, sagu menjadi makanan utama sehari-hari mereka. Dengan sumber daya yang melimpah, tidak heran dulunya banyak masyarakat yang tinggal di daerah itu.
Namun masalah muncul ketika masyarakat hanya ingin mengambil sagu saja. Setiap pohon sagu yang ada di daerah tersebut diambil untuk dikonsumsi sebagai makanan sehari-hari.
Masyarakat tidak menanam kembali pohon sagu yang sudah mereka ambil. Dewa pun merasa marah atas perbuatan yang dilakukan masyarakat Kamboi Rama.
Dewa merasa bahwa masyarakat hanya mau mengambil berkah yang mereka dapatkan. Masyarakat tidak ingin berupaya melakukan budidaya agar keberadaan pohon sagu bisa terus terjaga.
Akhirnya sang dewa menjatuhkan hukuman bagi masyarakat Kamboi Rama. Dewa memberi hukuman bahwa tidak ada satupun pohon sagu yang akan tumbuh di daerah itu.
Situasi ini tentu membuat masyarakat Kamboi Rama kesusahan. Dengan tidak adanya pohon sagu, maka mereka juga akan kekurangan makanan pokok sehari-hari.
Satu per satu masyarakat mulai meninggalkan daerah Kamboi Rama. Namun sepasang suami istri tersebut memutuskan untuk tetap tinggal di daerah itu.
Pasangan suami istri ini masih berharap agar dewa bisa mencabut murka yang dia berikan. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa mereka memutuskan untuk tetap tinggal di Kamboi Rama.
Pada suatu hari, sang istri tengah beristirahat di atas batu besar yang ada di tepi sungai. Ketika sedang beristirahat, sang istri merasa bahwa batu tersebut makin lama makin panas.
Dia pun merasa heran melihat batu tersebut. Dirinya kemudian memanggil sang suami untuk melihat batu panas yang dia temukan.
Melihat batu panas ini, sang suami kemudian memiliki sebuah ide di dalam pikirannya. Sang suami kemudian meletakkan daging yang dia temukan di atas batu tersebut.
Ternyata dugaan sang suami benar. Daging yang dia letakkan langsung matang di atas batu panas tersebut.
Melihat hal ini, pasangan suami istri ini langsung menggunakan batu panas tersebut untuk keperluan mereka sehari-hari. Mereka mulai memasak daging yang ditemukan di atas batu panas itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sambil menunggu daging matang, pasangan suami istri ini menabuh tifa dan bernyanyi bersama. Hal ini selalu mereka lakukan berulang-ulang, sehingga memancing perhatian masyarakat lain yang melintas di daerah itu.
Masyarakat yang penasaran kemudian mendekati pasangan suami istri ini. Setelah mendengar penjelasan pasangan ini terkait batu panas, mereka juga mulai meletakkan bahan makanan di atas batu itu.
Bahan makanan yang mereka letakkan bisa masak akibat panas dari batu tersebut. Masyarakat sekitar pun merasa takjub dengan keajaiban batu panas tersebut.
Akhirnya mereka memutuskan untuk membawa berbagai macam bahan makanan dan dimasak di batu panas ini. Masyarakat juga melakukan pesta adat untuk memohon kepada sang dewa agar mencabut murkanya dan menumbuhkan kembali pohon sagu di Kamboi Rama.
Melihat pesta adat yang diadakan masyarakat, akhirnya sang dewa mencabut murkanya dan menumbuhkan kembali pohon sagu di Kamboi Rama. Akhirnya semua masyarakat kembali ke daerah itu dan hidup dengan bahagia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News