
Marco Rubio resmi ditetapkan sebagai Menteri Luar Negeri Amerika Serikat yang baru pada Senin (20/1/2025). Sebelum menjabat sebagai Menlu anyar Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump, ia adalah seorang senator dari Florida yang sudah menjabat sejak 2011.
Pasca dilantik, ia membuka diskusi dengan beberapa tokoh negara sahabat, termasuk Indonesia. Rubio bercakap-cakap dengan Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, melalui sambungan telepon.
Dalam rilis yang diterbitkan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat melalui Juru Bicara Tammy Bruce, dua “wajah” diplomasi negara itu mengakui pentingnya hubungan Amerika Serikat dan Indonesia.
Keduanya juga sepakat untuk meningkatkan kontribusi kemitraan strategis komprehensif bagi kawasan Indo-Pasifik. Rubio dan Sugiono sepakat dengan pentingnya menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut.
Selain itu, dua Menlu ini juga berdiskusi tentang keamanan maritim di Laut China Selatan. Amerika Serikat dan Indonesia sepakat untuk memprioritaskan pertumbuhan ekonomi nasional dan pentingnya bekerja sama untuk memperdalam perdagangan dan investasi di berbagai bidang.
Pada perbincangan hangat tersebut, Rubio menyambut baik keinginan Indonesia untuk terus terlibat dalam proses perdamaian dunia, salah satunya di Timur Tengah. Indonesia juga mengungkap dukungannya dalam upaya rekonstruksi pasca-konflik di kawasan itu.
Tidak hanya berbincang dengan Menlu RI, pasca dilantik, Rubio juga menghubungi jajaran mitra baik Amerika Serikat lainnya, seperti Jepang, Australia, dan India. Dalam pertemuan yang dilakukan secara terpisah itu, fokus Rubio adalah peningkatan kerja sama dengan masing-masing negara.
Perang Tarif Trump Disebut Jadi Tantangan Global, Apa Efeknya untuk Indonesia?
AS ingin galakkan perdamaian di dunia
Kawan GNFI, Rubio dianggap memiliki pandangan yang selaras dengan Trump. Keduanya mendukung upaya untuk mengakhiri perang Rusia dan Ukraina.
Ia juga menegaskan kepada para pejabat dinas luar negeri Amerika Serikat untuk mendorong perdamaian di seluruh dunia. Menurutnya, menghindari konflik merupakan keputusan yang strategis.
“Itulah yang ingin kami lakukan: untuk mempromosikan perdamaian di seluruh dunia karena itu adalah kepentingan nasional kami,” tegasnya dikutip dari Al Jazeera.
Baginya, tanpa adanya perdamaian, akan sulit bagi Amerika Serikat untuk menjadi negara yang kuat dan makmur. Di sisi lain, Trump juga pernah menjanjikan untuk menghentikan perang setelah ia menjabat, dan Rubio pun bertekad untuk “mewujudkan” janji tersebut.
“Di bawah kepemimpinan Trump, kami akan mengupayakan perdamaian lewat kekuatan dan mengutamakan kepentingan Amerika Serikat dan rakyatnya di atas segalanya,” ungkap Rubio dalam sebuah pernyataan yang ia terbitkan di akun X miliknya di bulan November 2024 lalu.
Indonesia Disebut Mulai “Tinggalkan” Dominasi Barat, Benarkah Demikian?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News