Posted on Leave a comment

KUBET – Gatot Singkong, Kuliner Tradisional khas Gunungkidul yang Jadi Solusi di Musim Paceklik

images info

Apakah Kawan pernah mencicipi salah satu kuliner khas yang berasal dari daerah Gunungkidul, Yogyakarta, yakni gatot singkong? Kuliner yang satu ini merupakan salah satu jajanan tradisional yang bisa Kawan jumpai ketika berkunjung di daerah tersebut.

Pada saat ini, gatot singkong sudah tidak memiliki banyak peminat seperti dulunya. Padahal dulunya kuliner yang satu ini digunakan oleh masyarakat sebagai pengganti pangan lokal ketika musim paceklik tiba.

Namun Kawan masih bisa menjumpai kuliner tradisional ini di beberapa toko oleh-oleh yang ada di daerah Gunungkidul. Lantas bagaimana penjelasan lebih lanjut terkait kuliner tradisional gatot singkong tersebut?

Simak ulasan lengkap terkait makanan tradisional khas Gunungkidul tersebut dalam artikel berikut ini.

Asal Usul Gatot Singkong

Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, gatot singkong merupakan salah satu makanan tradisional yang berasal dari daerah Gunungkidul. Kuliner tradisional yang satu ini dibuat dengan menggunakan bahan dasar singkong yang difermentasi.

Tahukah Kawan bahwa penamaan gatot dalam makanan tradisional ini merupakan sebuah akronim atau singkatan? Dilansir dari laman RRI, kata gatot sendiri merupakan singkatan dari “gagal total”.

Penamaan ini merujuk pada bahan utama yang digunakan untuk membuat gatot. Makanan ini biasanya dibuat dari sisa bahan jajanan tradisional lainnya, yakni tiwul yang tidak berproses.

Sisa bahan inilah yang nantinya akan diolah dan difermentasi hingga menjadi gatot. Meskipun memiliki singkatan “gagal total”, gatot singkong tetap menjadi salah satu kuliner tradisional yang patut Kawan coba ketika berkunjung ke daerah ini.

Pengganti Pangan Pokok

Konon gatot singkong diketahui sebagai salah satu kuliner yang tercantum di dalam Serat Centhini. Jika memang demikian, maka kuliner tradisional ini sudah eksis sejak ribuan tahun silam.

Namun ada juga sumber lain yang menyebutkan bahwa gatot singkong ditemukan setelah kemerdekaan Indonesia. Masih dari laman RRI, pada awal kemerdekaan terjadi krisis pangan di beberapa daerah Indonesia, termasuk di Gunungkidul.

Krisis pangan ini tentu menyulitkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan utama mereka. Apalagi kondisi daerah Gunungkidul yang tandus dan krisis air makin memperparah situasi tersebut.

Hal inilah yang kemudian memunculkan inisiatif masyarakat untuk mengganti makanan pokok mereka. Alih-alih membuka sawah yang membutuhkan banyak air, masyarakat lebih memilih singkong sebagai pangan pokok utama.

Kondisi ini kemudian membuat Gunungkidul dikenal sebagai daerah dengan ketersediaan singkong yang banyak. Ketersediaan bahan baku inilah yang kemudian membuat masyarakat mengolah singkong tersebut hingga menjadi gatot.

Umumnya gatot singkong dikonsumsi sebagai pengganti makanan pokok yang lazim dijumpai di Indonesia, yakni nasi. Terkadang masyarakat juga mengonsumsi makanan tradisional ini sebagai kudapan sehari-hari.

Kaya akan Kandungan Gizi

Meskipun terlihat sederhana, sebenarnya gatot singkong memiliki kandungan gizi yang mumpuni. Hal ini tentu bisa mendatangkan manfaat bagi setiap orang yang mengonsumsi makanan tradisional tersebut.

Dikutip dari laman AgroMedia, gatot singkong menjadi salah satu makanan yang kaya akan serat. Kandungan gizi ini didapatkan dari singkong yang menjadi bahan baku pembuatan makanan tersebut.

Kandungan serat ini nantinya akan berguna untuk menjaga kondisi tubuh. Misalnya makanan dengan kandungan serat bisa membantu memperlancar proses pencernaan dari setiap orang yang dikonsumsinya.

Selain serat, gatot singkong juga diketahui memiliki kandungan gizi lainnya, yakni asam amino. Adanya kandungan gizi ini tentu tidak sekadar menghadirkan kenikmatan ketika mengonsumsi makanan tersebut, tetapi juga manfaat lain bagi setiap penikmatnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *