Posted on Leave a comment

KUBET – Mengulik Alasan Mengapa Awal Ramadan di Indonesia dan Arab Saudi Sering Tak Sama

images info

Penentuan awal bulan Ramadan selalu menjadi topik hangat tidak hanya bagi warga Indonesia, tetapi juga dunia. Semangat seluruh umat Muslim di seluruh dunia untuk menyambut bulan yang penuh berkah ini sangat besar.

Awal puasa Ramadan di Indonesia sering berbeda-beda. Hal ini menyebabkan perbedaan dalam menentukan awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha.

Tidak hanya itu, awal Ramadan di Indonesia pun sering tak sama dengan Arab Saudi. Negara di Timur Tengah ini memiliki peran penting dalam penentuan Ramadan, karena sering menjadi acuan bagi beberapa negara Muslim.

Secara sains, perbedaan awal Ramadan antara Indonesia dan Arab Saudi ini dikarenakan letak geografisnya yang berbeda. Letak Indonesia sebenarnya berada lebih ke timur dan dapat terlebih dahulu menetapkan awal bulan.

Akan tetapi, beberapa tahun belakangan, Arab Saudi justru lebih dahulu menetapkan tanggalan Idul Fitri dan Idul Adha. Profesor Riset Astronomi-Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaludin, menjelaskan jika perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan keputusan pemerintah masing-masing negara.

“Hal ini lebih disebabkan oleh perbedaan keputusan pemerintah masing-masing negara, bukan karena perbedaan metode hisab atau rukyat,” sebut Thomas dalam keterangannya.

Di sisi lain, melansir dari CNN Travel, Profesor Scott Kugle dari Departemen Studi Timur Tengah dan Asia Selatan dari Universitas Emory, Atlanta, menjelaskan bahwa terdapat beberapa hal yang menyebabkan perbedaan awal Ramadan, yakni penampakan astronomi, geografi global dan zona waktu, tradisi di berbagai kelompok Muslim, dan kondisi cuaca.

“Bulan akan berada dalam situasi yang berbeda saat matahari terbenam di Indonesia dibandingkan saat terbenam di Arab Saudi dibandingkan saat terbenam di Chicago,” ungkap Kugle.

Kawan GNFI, menariknya, di tahun 2024 lalu, Arab Saudi dan Oman yang sama-sama berada di Jazirah Arab justru memulai puasa di tanggal yang berbeda.

Momen Ramadan 1950, Kali Pertama Kantor Pemerintah Indonesia Libur di Awal Bulan Puasa

Perhitungan Awal Ramadan

Dalam menentukan awal puasa Ramadan, terdapat dua metode yang sudah lumrah digunakan, yaitu rukyatul hilal dan hisab. Rukyat atau pengamatan hilal merupakan metode klasik yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Metode ini adalah penentuan awal bulan dengan melihat hilal secara langsung. Hilal atau bulan sabit muda yang pertama terlihat setelah fase bulan baru itu akan tampak di langit.

Apabila hilal terlihat, maka umat Muslim dapat melaksanakan ibadah tarawih dan puasa Ramadan keesokan harinya. Namun, jika hilal belum nampak, maka bulan Syakban akan digenapkan menjadi 30 hari.

Sementara itu, metode hisab merupakan perhitungan astronomi untuk menentukan posisi bulan dan awal bulan dalam kalender Hijriah. Berbeda dengan rukyat, hisab menggunakan data matematis lewat perhitungan astronomi.

Menukil dari BRIN, metode hisab saat ini telah berkembang sangat pesat dan memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Thomas menjelaskan bahwa perhitungan astronomi bahkan sudah digunakan untuk melihat potensi gerhana matahari atau bulan.

Ilmu astronomi ini berperan sangat penting dalam menentukan posisi hilal secara ilmiah. Namun, meskipun metode hisab dianggap sudah sangat akurat, Sebagian umat Islam masih menginginkan pembuktian lewat rukyat.

Tradisi Ziarah Kubur Menjelang Ramadan, Hukum, Hikmah, dan Perkembangannya di Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *