
Umumnya, emas diperoleh melalui proses penambangan yang melibatkan eksplorasi dan ekstraksi bijih logam dari dalam bumi.
Namun, ternyata ada cara lain untuk mendapatkan emas, yaitu melalui tanaman!
Prof. Hamim, Guru Besar Biologi Tumbuhan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki tanaman yang mampu menyerap logam berat, termasuk emas, dari tanah.
Tanaman ini dikenal sebagai tanaman hiperakumulator, yang memiliki kemampuan menyerap logam berat dalam jumlah besar.
Bagaimana tanaman bisa menyerap logam?
Dalam Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap IPB, Prof. Hamim menjelaskan bahwa tumbuhan memiliki mekanisme fisiologis yang memungkinkan mereka menyerap logam berat dari tanah.
Logam berat sendiri merupakan komponen yang sulit terdegradasi dan dapat bertahan di dalam tanah selama ratusan tahun.
Melalui proses fitoremediasi, tanaman ini tidak hanya membersihkan tanah dari pencemaran logam berat, tetapi juga dapat digunakan untuk menambang logam bernilai ekonomi tinggi seperti emas, nikel, perak, platina, dan talium. Kegiatan ini dikenal sebagai fitomining.
Apa saja tanaman yang bisa serap logam berat?
Beberapa jenis tanaman yang memiliki kemampuan menyerap logam berat termasuk kelompok bayam-bayaman (Amaranthus) dan tanaman lembang (Typha angustifolia).
Tanaman bayam-bayaman yang tumbuh di sekitar area tailing (limbah sisa penambangan) memiliki kemampuan akumulasi emas tertinggi. Namun, karena biomassa yang dihasilkan rendah, potensi fitomining-nya juga terbatas.
Sementara itu, tanaman lembang mampu mengakumulasi emas dalam jumlah yang cukup signifikan, yaitu sekitar 5-7 gram emas per hektar. Meskipun jumlah ini terlihat kecil, potensinya masih dapat dikembangkan lebih lanjut.
Baca juga Mengenal Rampai, Tanaman Mirip Tomat yang Jadi Bahan Populer untuk Sambal di Lampung
Tumbuh subur di Indonesia
Indonesia, sebagai salah satu negara dengan daratan ultrabasa terbesar di dunia, memiliki wilayah yang kaya akan kandungan logam.
Daerah seperti Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua dikenal sebagai wilayah dengan tanah serpentin dan ultrabasa, yang cocok untuk pertumbuhan tanaman hiperakumulator.
Namun, Prof. Hamim menegaskan bahwa potensi ini belum tergarap secara optimal. Perlu adanya perhatian serius dari berbagai pihak untuk mengeksplorasi dan memanfaatkan tanaman ini untuk fitoremediasi dan fitomining.
Terungkap secara ilmiah
Sebagai contoh, hasil eksplorasi di sekitar tailing dam tambang emas PT Antam UBPE Pongkor menunjukkan bahwa hampir semua jenis tumbuhan di sana mampu mengakumulasi emas, meskipun dalam kadar yang rendah.
Hal ini membuka peluang untuk pengembangan lebih lanjut dalam bidang fitomining.
Selain itu, penggunaan dark septate endofit dan jamur mikoriza dalam eksperimen terbukti membantu tanaman beradaptasi dengan lingkungan yang tercemar logam berat. Jamur ini dapat meningkatkan efektivitas program fitoremediasi.
Prof. Hamim juga menyebutkan bahwa penggunaan amonium tiosianat (NH4SCN) sebagai ligan pelarut emas dapat meningkatkan serapan emas oleh tanaman dan meningkatkan biomassa tanaman.
Ini merupakan langkah promising untuk mengoptimalkan program fitomining di area tailing tambang emas.
Baca juga Tak Banyak yang Tahu, Biji Wijen Ternyata Dihasilkan dari Tanaman Ini
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News