
Tasrifin Tahara, guru besar Antropologi Universitas Hasanuddin banyak menyimpan cerita unik saat remaja. Sebagaimana dilansir dari Unhas TV, dosen Ilmu Antropologi ini pernah menjalani kehidupan sebagai penjual koran hingga merasakan kegagalan di mata pelajaran, utamanya rumpun saintek.
Meski demikian, berkat kerja kerasnya, Tasrifin Tahara kini menjadi seorang ahli antropologi, bahkan menjabat sebagai Kepala Departemen Antropologi Universitas Hasanuddin (Unhas). Artinya, ia membuktikan bahwa lemah di saintek bukan berarti gagal di semua mata pelajaran.
Ia bahkan berhasil bangkit dan mengambil pelajaran hidup.
Endang Rohjiani, Aktivis Lingkungan dari Yogyakarta yang Perjuangkan Ekosistem Sungai Winongo
Tasrifin Tahara Remaja, Si Penjual Koran di Sekitar Pelabuhan
Sebagai seseorang yang tidak memiliki banyak privilese, Tasrifin Tahara harus mencari jalan dan mendaki langkah demi langkah untuk menempuh pendidikannya. Ia seringkali menjual koran hingga dikenal sebagai si remaja penjual koran di pelabuhan.
Ya, waktu remaja, Tasrifin Tahara kerap kali menjual koran di sekitar pelabuhan. Aktivitas itu ia lakoni setiap hari selama 1989 – 1993. Saat itu, ia merupakan siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Bau-Bau.
Selain untuk memenuhi kebutuhannya, ia juga mengambil peran dalam membantu ekonomi keluarga.
“Berjualan koran ini jadi pilihan saya saat itu untuk menopang hidup,” tuturnya.
KH Anwar Musaddad, Pencetus UIN di Indonesia Ternyata Anak Angkat H.O.S Tjokroaminoto
Jalan ini memang tidak mudah dilakukan. Ia bahkan kerap membolos pelajaran sebab jadwalnya ke pelabuhan sekitar pukul 11.00 WITA. Padahal, waktu tersebut masih termasuk jam pelajaran dan sudah seharusnya ia mengikuti proses belajar.
Oleh karena itu, Tasrifin Tahara seringkali tertinggal pelajaran.
“Saya merasa sulit beradaptasi karena jam 11 siang saya harus ke pelabuhan menjual koran dan di waktu itu masih jam belajar,” imbuhnya.
Terapi Kesehatan Mental Berbasis Budaya, Kolaborasi Ilmu Psikologi dan Antropologi dari Prof. Subandi
Lemah di Bidang Saintek, Unggul di Politik
Rutinitas menjajakan koran di pelabuhan membuat Tasrifin Tahara cukup kewalahan mengejar pelajaran. Ia bahkan kerap berada di urutan peringkat terbawah.
Dirinya mengakui bahwa ia cukup payah, khususnya di bidang saintek seperti fisika, matematika, dan kimia. Meski demikian, bukan berarti Tasrifin Tahara gagal di segala aspek. Ia justru unggul di bidang sosial dan humaniora, seperti hukum, sejarah dan politik.
Salah satu resep yang membuatnya unggul di bidang itu ialah karena ia kerap mengonsumsi berita dari koran yang dibawanya. Ia bahkan sering ditanya oleh pembeli tentang isi dari koran tersebut, sebelum mereka akhirnya membeli.
“Saya unggul dibidang sejarah, politik karena setiap hari konsumsi pengetahuan dari koran. Jadi saya baca dulu sebelum menjual korannya,” kata Tasrifin.
Kisah Kebutaan pada Zaharman dan Keteguhannya Menjadi Guru
Lika-Liku Pendidikan Tasrifin Tahara
Sayangnya, meskipun Tasrifin telah berusaha menjual koran, ia terpaksa harus pindah dari SMAN 2 Bau-Bau ke SMAN 3 di tengah jalan. Di SMAN 3 Bau-Bau, barulah Tasrifin berhasil lulus.
Setelah lulus dari SMAN 3 Bau-Bau, ia memutuskan melanjutkan jenjang sarjana ke Universitas Hasanuddin jurusan Antropologi. Kecintaanya pada ilmu tentang manusia membawanya untuk mempelajari ilmu Antropologi.
Sayangnya, jalannya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi harus terjeda selama setahun (gap year). Meski demikian, selama setahun itu, Tasrifin justru belajar secara mandiri. Oleh karena itu, saat memasuki masa awal kuliah, ia lebih unggul dibanding rekan-rekannya.
Kisah Guru Madrasah di Mentawai yang Menempuh Perjalanan Sepekan Demi Ikut Pelatihan Kemenag
Ia terus melanjutkan pendidikannya setelah berhasil meraih gelar sarjana pada 1998. Tasrifin memutuskan untuk melanjutkan magister di Universitas Hasanuddin berbekal beasiswa hingga mendapatkan gelar magister pada tahun 2000.
Karirnya moncer hingga mampu meraih gelar doktor dan resmi menjadi dosen sejak 2002.
Kini, ia akan menerima gelar baru sebagai Guru Besar bidang Antropologi Kekuasaan Unhas yang rencananya akan dikukuhkan pada pertengahan Februari 2025.
“Saya berterima kasih karena dengan berjualan koran di pelabuhan saat itu mengajarkan saya tentang kehidupan yang sebetulnya,” tutupnya.
Kiprah Yudha Prawira Budiman, Dosen Unpad yang Jadi Penulis Utama di Jurnal Chemical Reviews Bersama Sederet Peneliti
Referensi:
https://unhas.tv/tasrifin-tahara-dari-penjual-koran-hingga-guru-besar-antropologi-kekuasaan-unhas
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News