Posted on Leave a comment

KUBET – Menelisik Dampak Kebijakan Tarif Trump untuk Dunia, Apa yang Harus Dilakukan Indonesia?

images info

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, membuat dunia internasional heboh dengan kebijakannya untuk menerapkan tarif dagang. Salah satu negara yang menghadapi dampak penerapan tarif tersebut adalah Tiongkok.

Trump memberlakukan tarif tambahan sebesar 10 persen untuk barang asal Negeri Tirai Bambu itu. Pemberlakuan tersebut sudah berlaku pada Selasa (4/2/2025) lalu. Apa sebenarnya alasan Trump untuk memberlakukan tarif dagang tersebut?

Dosen Hubungan Internasional Universitas Jember (UNEJ), Honest Dody Molasy, S.Sos., M.A., menjelaskan jika kebijakan tarif dagang yang diberlakukan Trump merupakan cara untuk melindungi industri dan pekerjaan dalam negeri.

Presiden AS ini dikenal sangat lantang dengan prinsipnya, America First, di mana ia mengutamakan kepentingan domestik negaranya. Dengan menerapkan tarif pada barang impor, Amerika Serikat berusaha menciptakan kondisi yang lebih kompetitif bagi produk lokal.

“Misalnya tarif pada baja dan aluminium bertujuan untuk mendukung industri logam domestik yang terancam oleh produk impor yang lebih murah,” jelas Honest saat dihubungi oleh GNFI via WhatsApp.

Tidak hanya itu, kebijakan ini juga bertujuan untuk mengurangi defisit perdagangan yang signifikan, utamanya dengan Tiongkok. Lewat penerapan tarif tersebut, Amerika Serikat dapat mendorong konsumsi produk lokal

“Tarif juga digunakan sebagai alat untuk menekan negara-negara mitra dagang agar bernegosiasi ulang perjanjian perdagangan yang dianggap tidak adil,” imbuhnya.

Namun, kebijakan ini juga diklaim memiliki dimensi politik, di mana Trump berusaha untuk memenuhi janji kampanye kepada pemilihnya yang merasa dirugikan oleh globalisasi.

Perang tarif Trump berpotensi menimbulkan dampak signifikan untuk ekonomi dunia. Negara-negara yang terkena tarif akan merespon kembali kebijakan itu dengan penerapan tarif balasan.

Hal tersebut tentu akan mengganggu rantai pasokan global. Biaya produksi dan harga barang untuk konsumen di seluruh dunia pun akan akan ikut naik.

Pertumbuhan ekonomi global juga bisa melambat. Investasi asing dan kepercayaan pasar akan semakin berkurang akibat kebijakan dagang yang agresif. Bahkan, sektor yang sangat bergantung pada perdagangan internasional, seperti otomotif dan elektronik bisa saja mengalami penurunan permintaan.

Jika terus berlanjut, dampaknya akan semakin banyak pemutusan hubungan kerja dan penutupan pabrik. Negara berkembang yang mengekspor produk ke pasar besar seperti Amerika Serikat juga akan merasakan dampak yang besar karena keterbatasan mereka untuk menanggapi kebijakan itu.

Usaha Trump untuk Lindungi Industri Lokal

Kebijakan tarif Trump dianggap sebagai kebijakan proteksionis. Dalam hal ini, penerapan tarif bertujuan untuk melindungi industri lokal dari persaingan asing yang dianggap tidak adil.

Trump berusaha untuk menciptakan lingkungan yang jauh lebih menguntungkan bagi produsen di negaranya, sehingga dapat mempertahankan dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja di dalam negeri.

Tidak berhenti di sana, kebijakan ini juga dianggap sebagai upaya untuk mengurangi defisit perdagangan yang signifikan dengan negara tertentu, utamanya Tiongkok. Dengan demikian, konsumsi produk lokal dapat naik dan neraca perdagangan akan membaik.

“Kebijakan ini juga berfungsi sebagai alat negosiasi dalam hubungan perdagangan internasional. Dengan penerapan tarif, Trump berusaha untuk menekan negara-negara mitra untuk bernegosiasi ulang perjanjian perdagangan yang dianggap merugikan Amerika Serikat,” terang Honest.

Amerika Serikat Tutup USAID, Adakah Dampaknya untuk Indonesia?

Pengaruhnya untuk Dunia, Termasuk Indonesia

Salah satu kebijakan yang cukup mengejutkan adalah naiknya tarif impor aluminium dan baja. Trump resmi memungut tarif sebesar 25 persen dari seluruh negara tanpa kecuali, per Senin (10/2/2025). Sebelumnya, tarif impor dua jenis komoditi tersebut adalah 10 persen.

Banyak negara yang meradang, termasuk Eropa. Namun, bukan hanya negara-negara Eropa yang terdampak, Indonesia juga disinyalir akan terpengaruh dengan kebijakan ini.

Honest menyebut jika Indonesia mungkin akan merasakan dampak dari fluktuasi harga dan pemintaan akibat ketegangan perdagangan yang luas. Sebagai informasi, Indonesia sendiri merupakan eksportir beberapa jenis produk mentah dan olahan ke pasar Amerika.

Namun, Indonesia bisa saja mendapatkan peluang untuk meningkatkan ekspor produk-produk tersebut. Hal ini terjadi jika negara-negara yang terkena tarif Trump mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhan baja dan aluminium.

“Tantangan tetap ada, terutama dalam hal persaingan harga dan kualitas,” sebut Dosen FISIP UNEJ tersebut.

Perang Tarif Trump Disebut Jadi Tantangan Global, Apa Efeknya untuk Indonesia?

Ini yang Harus Dilakukan Indonesia

Indonesia bisa kecipratan banyak permintaan atas produk lokal jika negara “korban” tarif Trump mencari alternatif. Indonesia dapat mendapat peluang untuk mengekspor berbagai produk unggulan, seperti pertanian, tekstil, hingga produk olahan.

Pemerintah dapat memperkuat industri lokal dan meningkatkan daya saing produk. Hal tersebut dapat membantu perekonomian nasional.

Namun, ketegangan perdagangan global bisa menyebabkan ketidakpastian di pasar internasional yang dapat memengaruhi iklim investasi asing dan pertumbuhan ekonomi. Jika negara-negara mitra dagang Indonesia, seperti Tingkok atau negara Asia Tenggara lain terkena dampak perang tarif, permintaan produk Indonesia bisa berkurang.

Apabila tarif yang ditetapkan Amerika Serikat menyebabkan kenaikan bahan baku, industri Indonesia yang bergantung pada impor bisa menngalami peningkatan biaya produksi.

Untuk mengantisipasinya, Indonesia perlu memperkuat diversifikasi pasar ekspor dengan menjalin hubungan dagang dengan negara lain. Indonesia harus mengurangi ketergantungan terhadap pasar Amerika Serikat.

Selain itu, pemerintah harus meningkatkan daya saing produk lokal agar lebih menarik di mata global. Pemerintah juga harus aktif dalam diplomasi perdagangan untuk mencari solusi yang menguntungkan dan mengurangi ketegangan.

“Mendukung industri kecil dan menengah (IKM) untuk beradaptasi dengan perubahan pasar dapat memperkuat ketahanan ekonomi nasional,” tutup Honest.

Trump Terpilih Lagi, Adakah Dampak Hasil Pilpres AS bagi Indonesia?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *