Posted on Leave a comment

KUBET – Mengenal Rumah Arwah, Cara Orang Tionghoa Memberi Bekal untuk Arwah Leluhur di Akhirat

images info

Rumah arwah menjadi pemandangan unik saat datang ke gang sempit di Pecinan Kota Semarang. Rumah arwah menjadi tradisi penting bagi orang Tionghoa untuk menghormati para leluhur atau kerabat yang sudah meninggal. 

Dimuat dari Detik, pemilik dari rumah arwah ini adalah Ong Bik Hok (75) yang sudah menggeluti bisnis ini sejak sekitar tahun 1800-an. Dirinya menjadi generasi keempat yang membuat pernak-pernik untuk ritual kematian warga keturunan Tionghoa itu.

“Saya sudah generasi keempat. Sudah ada sekitar tahun 1800-an. Biasanya banyak pesanan ketika tilik kubur dan imlek,” kata Ong Bik Hok.

Mengulik Budaya Ngopi di Kota Pontianak, Potret Keberagaman dalam Secangkir Kehangatan

Dia menyebut pada awalnya workshop-nya sudah berada di Gang Cilik itu. Tetapi lokasinya sempat bergeser sedikit dan kini ada tepat di depan klenteng Hoo Hok Bio.

“Dari dulu memang di sekitar sini. Dulu di rumah kakek, sekarang di sini,” ujarnya.

Tradisi orang Tionghoa 

Hoo Hok Bio menjelaskan bagi orang Tionghoa arwah orang meninggal perlu diberi bekal di akhirat. Bekal yang dimaksud seperti barang-barang di dunia yaitu rumah dan seisinya.

“Namanya Rumah Arwah, dikirim kepada yang meninggal. Supaya di sananya tidak kekurangan sesuatu. Perabot, rumah, ada semua, kasur, TV, garasi, mobil. Kayak rumah biasa. Kemudian ada syaratnya, harus ada ‘gunung emas’, ‘gunung perak’, ‘gunung uang’. Ada dewa pengantar juga, ada surat rumahnya, lengkap,” ujar Hok.

Hok menyebut rumah arwah hingga perabotan akan dibentuk sesuai dengan pesanan. Ada beberapa permintaan unik semisal membuat ruang karaoke karena mendiang suka menyanyi. 

Jejak Warisan Tionghoa di Klenteng Kim Tek Le, Klenteng Tertua di Jakarta yang Penuh Cerita

Tetapi bentuk rumah arwah tidak boleh sama dengan yang ada di dunia, karena akan memberi sial. Karena itu perlu didesain secara hati-hati.

“Rumahnya nggak boleh sama kayak yang di dunia, harus beda. Kalau yang sama dikirim nanti ada gangguan. Ada anaknya kirim rumah untuk ayah yang sudah meninggal persis seperti yang ditempati, kemudian ada masalah. Jadi nggak boleh sebenarnya, harus desain lainnya. Kecuali rumahnya sudah dijual,” jelas Hok.

Ritual rumah arwah

Ong menyebut rumah arwah itu, beserta perabotan dari kertas dan bambu itu dikirim ke orang yang sudah meninggal dengan cara dibakar. Menurut kepercayaan Tionghoa, bekal tersebut menemani arwah yang berada di akhirat.

“Nanti dibakar, waktu kirim rumah misal 49 hari (setelah kematian). Ada ritualnya, Kong Tek,” katanya.

Rujak Juhi, Makanan Tradisional Betawi yang Digemari Masyarakat Tionghoa di Jakarta pada 1960-an

Upacara pembakaran rumah arwah itu akan dilakukan 40 hari setelah kematian. Rumah arwah itu konon digunakan sebagai tempat tinggal arwah yang meninggal di alam baka.

“Dalam kepercayaan kami, orang meninggal rohnya harus diberi rumah. Kalau tidak diberi rumah, arwahnya bisa tersesat,” imbuhnya.

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Menapaki Jejak Nenek Moyang Suku Minang di Desa Pariangan, Desa Terindah di Dunia

images info

Terdapat sebuah desa yang tidak hanya menawarkan keindahan alam luar biasa, tetapi juga menyimpan sejarah panjang peradaban di Sumatra Barat, yaitu Desa Pariangan.

Desa ini bukan sekadar tempat wisata biasa. Ia adalah cikal bakal peradaban Minangkabau yang masih hidup dalam tradisi dan budaya warganya.

Bahkan, Travel Budget USA pernah menobatkan Pariangan sebagai salah satu desa terindah di dunia pada 2012, sejajar dengan Shirakawago di Jepang dan Niagara on the Lake di Kanada.

Dengan lanskap perbukitan yang memesona, sawah berundak yang menghijau, serta rumah adat yang masih berdiri megah, Pariangan bukan hanya indah secara visual, tetapi juga kaya akan nilai historis dan budaya.

Mari kita telusuri lebih dalam pesona desa ini!

Ragam Menu Teh Talua Asal Sumatra Barat yang Pasti Bikin Kamu Ngiler

Sekilas Mengenai Desa Pariangan

Terletak di lereng Gunung Marapi, Desa Pariangan berada pada ketinggian 800–1.000 meter di atas permukaan laut. Udara sejuk khas pegunungan menyelimuti desa ini, memberikan suasana yang nyaman bagi siapa saja yang berkunjung.

Menurut tambo, sejarah lisan yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Minangkabau, Pariangan adalah tempat asal muasal nenek moyang mereka. Hal ini diabadikan dalam pepatah Minang:

“Dari mano dating titiak palito, dari telong nan Batali. Dari mano asa nenek moyang kito, dari puncak gunuang Marapi.”

Hingga kini, banyak peninggalan bersejarah yang masih bisa ditemukan di desa ini, seperti Batu Lantak Tigo, Kuburan Panjang Datuak Tantejo Gurhano, Sawah Satampang Baniah, dan Lurah Indak Barayia.

Tak heran, selain menjadi destinasi wisata, Pariangan juga menjadi tempat bagi para peneliti sejarah dan budaya yang ingin menggali lebih dalam tentang peradaban Minangkabau.

Legenda Asal Usul Danau Singkarak di Sumatra Barat, Kisah Anak dengan Ayam Kesayangannya

Daya Tarik Desa Pariangan

Suasana di Nagari Tuo Pariangan Tanah Datar | Dok. Jadesta Kemenparekraf

info gambar

 

Lantas, apa saja yang membuat Desa Pariangan ini jadi destinasi wisata yang menarik untuk dieksplorasi di Sumatra Barat? Berikut di antaranya:

Keindahan Sawah Berundak dan Lanskap Pegunungan

Kawan GNFI, begitu tiba di Desa Pariangan, mata Kawan akan langsung dimanjakan dengan pemandangan sawah berundak yang membentang dari lereng Gunung Marapi hingga ke lembah. Sawah-sawah ini dikelola secara tradisional dan menjadi salah satu ciri khas desa.

Pada pagi hari, kabut tipis sering menyelimuti perbukitan, menciptakan suasana magis yang sulit ditemukan di tempat lain.

Jika Kawan mencari tempat yang tenang dan asri, Pariangan adalah pilihan yang tepat!

 

Rumah Gadang dan Arsitektur Minangkabau

Di sepanjang desa, Kawan bisa melihat deretan Rumah Gadang, rumah adat Minangkabau yang khas dengan atap melengkung seperti tanduk kerbau. 

Hebatnya, rumah-rumah ini dibangun tanpa paku, hanya menggunakan teknik sambungan kayu yang diwariskan turun-temurun.

Selain Rumah Gadang, ada juga Masjid Ishlah, yang didirikan pada abad ke-19 oleh Syekh Burhanuddin, seorang ulama besar Minangkabau.

Uniknya, masjid ini memiliki pancuran air panas alami dari Gunung Marapi yang dianggap sebagai berkah bagi masyarakat setempat.

Legenda Asal Usul Danau Singkarak di Sumatra Barat, Kisah Anak dengan Ayam Kesayangannya

Wisata Sejarah dan Budaya Lainnya

Bagi Kawan yang tertarik dengan sejarah, Pariangan menyimpan berbagai situs bersejarah yang menarik untuk dikunjungi:

  • Batu Lantak Tigo – batu sakral yang dipercaya sebagai penanda awal mula peradaban Minangkabau.
  • Kuburan Panjang Datuak Tantejo Gurhano – makam tokoh yang disebut sebagai arsitek pertama Rumah Gadang.
  • Sawah Satampang Baniah – sawah yang memiliki legenda unik tentang kesuburan dan kejayaan pertanian Minangkabau.

Selain itu, Pariangan juga kerap mengadakan berbagai upacara adat seperti Batagak Gala, yaitu prosesi adat dalam pengangkatan pemimpin suku atau penghulu.

 

Live-in Experience dan Heritage Walk

Kawan GNFI ingin merasakan hidup seperti masyarakat Minang asli? 

Cobalah program live-in experience, di mana Kawan bisa tinggal bersama keluarga lokal dan ikut dalam aktivitas sehari-hari mereka, seperti menanam padi, memasak kuliner khas Minang, hingga mengikuti upacara adat.

Bagi yang suka berjalan kaki, Heritage Walk adalah cara terbaik untuk menjelajahi desa.

Kawan bisa menyusuri gang-gang kecil, melewati Rumah Gadang, sawah, dan situs bersejarah lainnya dengan dipandu oleh warga setempat.

Menyingkap Eksotisme Pesisir Selatan, Surga Pantai di Ujung Barat Sumatra

Akses Menuju Desa Pariangan

Pariangan dapat diakses melalui jalur darat dari berbagai kota di Sumatera Barat:

  • Dari Padang: ± 2 jam perjalanan dengan kendaraan pribadi atau transportasi umum.
  • Dari Bandara Internasional Minangkabau: ± 90 menit perjalanan.
  • Dari Bukittinggi: ± 90 menit perjalanan.
  • Dari Payakumbuh: ± 90 menit perjalanan.

Jika Kawan ingin menggunakan transportasi umum, tersedia angkutan umum seperti bus atau travel dari Padang menuju Batusangkar, lalu melanjutkan perjalanan dengan ojek atau kendaraan sewaan ke Desa Pariangan.

Untuk akomodasi, tersedia beberapa homestay khas Rumah Gadang yang dikelola warga lokal, memberikan pengalaman menginap yang autentik dan dekat dengan budaya Minangkabau.

Desa Pariangan bukan sekadar destinasi wisata biasa, Kawan GNFI. Ia adalah potret peradaban Minangkabau yang masih terjaga hingga kini, tempat di mana sejarah, budaya, dan alam berpadu dalam harmoni yang indah.

Keindahan sawah bertingkat, rumah adat yang megah, serta tradisi yang tetap hidup menjadikan desa ini layak mendapat predikat sebagai salah satu desa terindah di dunia.

Bagi Kawan yang ingin merasakan pengalaman wisata yang lebih dari sekadar melihat pemandangan, datanglah ke Desa Pariangan.

Jelajahi jejak nenek moyang Minangkabau, nikmati keramahan warganya, dan biarkan diri Kawan tenggelam dalam pesona desa yang begitu istimewa ini.

Jadi, kapan Kawan GNFI siap menapaki jejak sejarah di Desa Pariangan?

Mengenal Bukittinggi, Kota di Sumatra Barat yang Pernah Jadi Ibu Kota Negara Darurat

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Timphan, Jajanan Tradisional dari Aceh yang Disajikan pada Saat Momen Tertentu

images info

Timphan merupakan salah satu jajanan tradisional yang patut Kawan coba ketika berkunjung di Aceh. Apalagi jajanan tradisional ini memiliki sejarah panjang bagi masyarakat yang ada di sisi barat Indonesia tersebut.

Tidak hanya itu, timphan juga sering menjadi salah satu jajanan tradisional yang disajikan dalam momen-momen tertentu. Misalnya jajanan tradisional tersebut bisa Kawan jumpai pada salah satu perayaan hari besar bagi umat Islam, yakni Hari Raya Idul Fitri.

Lantas bagaimana penjelasan lebih lanjut terkait jajanan tradisional timphan tersebut? Simak ulasan lengkapnya dalam artikel berikut ini.

Mengenal Jajanan Tradisional Timphan

Timphan merupakan salah satu jajanan tradisional khas dari daerah Aceh. Jajanan yang satu ini hampir pasti dikenal oleh setiap masyarakat yang ada di daerah tersebut.

Bahkan nama jajanan ini juga terdapat dalam salah satu ungkapan yang beredar di tengah masyarakat. Dilansir dari laman Acehprov.go.id, salah satu ungkapan yang menyebutkan nama jajanan ini adalah “ìUroe goet buluen goet Timphan ma peugoet beumeuteme rasaî“.

Ungkapan tersebut berarti “Hari baik bulan baik Timphan ibu buat harus dapat kurasakan”. Hal ini menunjukkan bahwa timphan memang menjadi salah satu jajanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Aceh.

Jika dilihat dari bentuknya, timphan memiliki kemiripan dengan kue lepat yang bisa Kawan jumpai di beberapa daerah lainnya di Indonesia. Apalagi jajanan tradisional tersebut juga menggunakan daun pisang sebagai pembungkusnya.

Bahan utama dari jajanan tradisional ini berasal dari tepung beras, pisang, dan santan. Semua bahan ini nantinya akan diaduk hingga kenyal.

Setelah itu, adonan ini akan dibentuk memancang dan diberi isian. Isian yang digunakan dalam timphan juga beragam, mulai dari kelapa, srikaya, potongan nanas, dan lainnya.

Kemudian adonan yang sudah diberi isian ini akan dibungkus dengan daun pisang. Terakhir, adonan tersebut akan dikukus hingga matang.

Dari penjelasan di atas bisa Kawan lihat bahwa proses pembuatan timphan cukup panjang. Bahkan proses mengukusnya saja bisa memakan waktu lebih kurang satu jam.

Oleh sebab itu, dibutuhkan keuletan dan kesabaran yang tinggi ketika Kawan ingin membuat makanan ini. Namun di balik itu, hal ini pula yang memberikan nilai mendalam pada jajanan tradisional khas Aceh tersebut.

Sarat akan Nilai

Keberadaan timphan bagi masyarakat Aceh tidak hanya sekadar makanan atau jajanan saja. Salah satu kekayaan kuliner khas Serambi Mekah ini juga memiliki nilai dan simbol kearifan lokal yang mendalam.

Dilansir dari laman RRI, keberadaan timphan di Aceh sudah diwariskan secara turun temurun dari generasi dulunya. Namun jajanan tradisional ini hanya khusus diturunkan pada garis keturunan perempuan Aceh saja.

Resep jajanan tradisional timphan sendiri diketahui sudah ada sejak dahulu kala. Resep inilah yang kemudian diwariskan secara turun temurun di setiap keluarga yang ada di tengah masyarakat Aceh.

Selain itu, proses pembuatan timphan yang lama juga menjadi sarana menjalin silaturahmi antara setiap perempuan Aceh. Seperti sudah disebutkan pada bagian sebelumnya, jajanan yang satu ini sering disajikan pada momen hari besar tertentu.

Pada saat itu, setiap keluarga biasanya akan memasak jajanan ini secara bersama-sama. Pada saat proses memasak inilah jalinan silahturahmi bisa terbangn, mulai saling berbicara hingga menceritakan pengalaman masing-masing.

Berdasarkan hal inilah bisa Kawan lihat bahwa timphan tidak hanya berupa jajanan tradisional untuk dikonsumsi saja. Akan tetapi, terdapat makna dan nilai mendalam yang bisa Kawan dapatkan ketika melihat jajanan tradisional tersebut dengan lebih mendalam.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Pekerja yang Terkena PHK Bisa Dapat 60% Gaji Selama 6 Bulan, Ini Dasar Hukumnya

images info

Kabar baik bagi pekerja di Indonesia! Presiden Prabowo Subianto resmi meneken Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2025 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP).

Perubahan ini dilakukan untuk meningkatkan perlindungan, kesejahteraan, dan mengurangi risiko sosial bagi para pekerja atau buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat kondisi perekonomian. Oleh karena itu, pemerintan pun sepakat untuk menerbitkan kebijakan yang adaptif lewat PP Nomor 6 Tahun 2025 tersebut.

Sebelumnya, PP Nomor 37 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan dianggap sudah tidak relevan dengan kebutuhan di lapangan, sehingga perlu ada perubahan dalam peraturan itu.

Peraturan terbaru ini mengatur tentang pekerja yang terkena dampak PHK dapat memperoleh uang tunai sebanyak 60 persen dari upah. Pemberian gaji tersebut diberikan paling lama enam bulan.

Hal itu tercantum dalam Pasal 21 Ayat (1) yang berbunyi, “Manfaat uang tunai diberikan setiap bulan sebesar 60% (enam puluh persen) dari upah, untuk paling lama 6 (enam) bulan”.

Lebih lanjut, dalam Ayat (3) dijelaskan bahwa batas upah yang ditetapkan adalah senilai Rp5 juta. Hal ini sesuai dengan upah terakhir yang dilaporkan pengusaha kepada BPJS Ketenagakerjaan.

Sebelum diubah, uang kompensasi yang diterima oleh pekerja hanya sebesar 45 persen. Dengan penambahan tersebut, diharapkan bahwa uang itu dapat memberikan kesempatan yang besar bagi korban PHK untuk berwirausaha atau mempelajari keahlian baru yang dibutuhkan industri dan dunia kerja.

Usia Pensiun Bertambah, Adakah Dampaknya untuk Sektor Pekerja?

Siapa yang Berhak Menerima Uang PHK Sebesar 60%?

Dalam Pasal 4 diterangkan, pekerja atau buruh yang sudah diikutsertakan oleh perusahaan dalam program jaminan sosial, maupun mereka yang baru didaftarkan dalam program itu dapat menjadi penerima manfaat JKP. Selain itu, tertulis juga bahwa syarat lainnya adalah WNI, belum mencapai usia 54 tahun saat mendaftar, dan memiliki kontrak dengan perusahaan.

Namun, terdapat pengecualian penerima manfaat JKP bagi peserta yang mengalami PHK karena beberapa hal, yaitu mengundurkan diri, cacat total tetap, pensiun, dan meninggal dunia. Ini sesuai pada Pasal 20 Ayat (1).

Di sisi lain, bagi perusahaan yang dinyatakan pailit atau tutup sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan menunggak iuran paling lama enam bulan, manfaat JKP tetap bisa diberikan oleh BPJS Ketenagakerjaan.

Dijelaskan bahwa ketentuan pembayaran manfaat JKP tidak menghapuskan kewajiban pengusaha untuk melunasi tunggakan iuran dan denda pada program jaminan sosial ketenagakerjaan.

Lewat program JKP, pekerja yang kehilangan pekerjaan akibat pemutusan hubungan kerja itu dapat menerima manfaat uang tunai. Selain itu, mereka juga bisa mendapatkan informasi pasar kerja dan pelatihan.

Mengapa Usia Pensiun di Indonesia Bertambah Jadi 59 Tahun?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Gunung Berapi di Bawah Laut Ternyata Jadi “Markas” Hiu dan Predator

images info

Gunung berapi bawah laut, atau yang dikenal sebagai seamount, ternyata menjadi tempat berkumpulnya hiu dan predator laut lainnya.

Hal ini terungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh Sam B. Weber dan timnya, yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Biology pada tahun 2025.

Studi ini mengungkapkan bahwa seamount yang terletak di perairan dangkal berfungsi sebagai “oasis” dan pusat aktivitas bagi predator pelagis, termasuk hiu, di dalam kawasan konservasi laut skala besar. 

Temuan ini memberikan wawasan baru tentang pentingnya gunung berapi bawah laut sebagai habitat kritis bagi kehidupan laut.

Mengapa Hiu dan Predator Laut Tinggal di Gunung Berapi Bawah Laut?

Gunung berapi bawah laut menciptakan lingkungan yang unik dan kaya nutrisi, yang menarik berbagai jenis hewan laut.

Menurut penelitian Weber dan tim, seamount menyediakan sumber makanan yang melimpah bagi predator seperti hiu. Hal ini disebabkan oleh arus laut yang kuat di sekitar gunung berapi bawah laut, yang membawa nutrisi dari dasar laut ke permukaan.

Proses ini, yang dikenal sebagai upwelling, mendorong pertumbuhan fitoplankton, yang menjadi dasar rantai makanan laut. Fitoplankton menarik ikan-ikan kecil, yang pada gilirannya menjadi mangsa bagi hiu dan predator lainnya.

Selain itu, gunung berapi bawah laut juga menyediakan struktur fisik yang menjadi tempat berlindung dan beristirahat bagi hiu.

Seamount sering kali memiliki lereng yang curam dan celah-celah yang menjadi tempat ideal bagi hiu untuk bersembunyi dan berburu. Kondisi ini membuat seamount menjadi lokasi strategis bagi predator untuk menghemat energi sambil tetap memiliki akses ke sumber makanan yang melimpah.

Baca juga Hemiscyllium, Spesies Hiu “Berjalan” Diduga Hidup di Laut Maluku Utara

Peran Seamount dalam Ekosistem Laut

Penelitian ini juga menyoroti peran penting seamount dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Sebagai pusat aktivitas bagi predator, seamount membantu mengatur populasi ikan dan hewan laut lainnya.

Kehadiran hiu dan predator lain di sekitar seamount menunjukkan bahwa gunung berapi bawah laut bukan hanya sekadar fitur geografis, tetapi juga bagian integral dari jaringan kehidupan laut.

Selain itu, seamount sering kali menjadi lokasi migrasi bagi banyak spesies laut. Hiu dan predator lain menggunakan gunung berapi bawah laut sebagai titik navigasi dalam perjalanan mereka melintasi samudra.

Hal ini menjadikan seamount sebagai “stasiun pengisian bahan bakar” alami, di mana predator dapat beristirahat dan mencari makan sebelum melanjutkan perjalanan.

Baca juga Pacific Hagfish, Ikan Laut Purba yang Bisa Kalahkan Hiu

Referensi:

Weber, S. B., Richardson, A. J., Thompson, C. D. H., Brown, J., Campanella, F., Godley, B. J., Hussey, N. E., Meeuwig, J. J., Rose, P., Weber, N., Witt, M. J., & Broderick, A. C. (2025). Shallow seamounts are “oases” and activity hubs for pelagic predators in a large-scale marine reserve. PLOS Biology, 23(2), e3003016. DOI: [10.1371/journal.pbio.3003016](https://doi.org/10.1371/journal.pbio.3003016).

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Kemana Arah Larinya Riset-Riset di Indonesia?

images info

Secara kuantitas, riset dan publikasi ilmiah di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Data Scimago Journal and Country Rank – yang diambil dari basis data Scopus – menunjukkan, Indonesia telah menghasilkan 58.224 publikasi ilmiah pada 2023. Ada kenaikan 28% dari tahun sebelumnya.

Angka tersebut menjadikan Indonesia menempati posisi ke-19 sebagai negara dengan publikasi ilmiah terbanyak. Ada kenaikan peringkat Indonesia dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Jumlah publikasi ilmiah di Indonesia

info gambar

Akan tetapi, apakah riset di Indonesia hanya cukup diukur dengan angka? Bagaimana dengan kualitasnya?

Dukung Indonesia Emas 2045, Begini Rencana Strategis Riset Keanekaragaman Hayati dan Fauna dari BRIN

Skema Pendanaan Riset di Indonesia

Sebelum membahas kualitas riset dan publikasi ilmiah, ada baiknya untuk terlebih dahulu mengetahui bagaimana skema pendanaan riset di Indonesia. Pendanaan ini secara langsung berpengaruh terhadap kuantitas maupun kualitas riset di Indonesia.

Di Indonesia, ada beberapa skema pendanaan riset yang dapat dimanfaatkan oleh dosen maupun para periset.

Pertama, perguruan tinggi. Perguruan tinggi memiliki lembaga penelitian yang bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengoordinasi pendanaan riset. Segala pengelolaan terkait riset dipegang oleh lembaga ini: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM).

Publikasi Ilmiah Internasional 2023 Meningkat Pesat, Delapan Perguruan Tinggi Ini Jadi Kunci

Keberadaan lembaga penelitian di perguruan tinggi tentunya memegang peranan yang sangat penting. LPPM berperan sebagai gatekeeper terhadap pelaksanaan prinsip Tri Dharma Perguruan Tinggi yang harus diterapkan, yakni pendidikan dan pengajaran, penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat.

Dibandingkan lembaga lain, perguruan tinggi tercatat masih menjadi lembaga dengan publikasi ilmiah internasional tertinggi. Tahun 2023, ada delapan perguruan tinggi yang telah menyumbang sejumlah publikasi ilmiah.

UGM melalui lembaga penelitiannya berhasil menyumbang publikasi ilmiah sebesar 3.483 dokumen, disusul dengan Universitas Indonesia dengan 3.341 dokumen, dan Universitas Airlangga dengan 3.306 dokumen.

Lembaga dengan publikasi ilmiah terbanyak tahun 2023

info gambar

“Kampus-kampus yang besar, seperti UGM, ITB, UI, Unair, pasti budget atau alokasi pendanaan untuk riset akan lebih banyak dibandingkan kampus-kampus negeri yang lain, yang statusnya BLU,” jelas Edi Subkhan, analis kebijakan pendidikan yang juga dosen Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang (UNNES), dalam wawancara dengan GNFI.

Limbah baterai Berbahaya bagi Lingkungan dan Kesehatan, Ini yang Dilakukan BRIN dan UGM

Kedua, skema pendanaan riset oleh pemerintah melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Sebagai badan riset, BRIN berperan dalam penganggaran aktivitas riset di Indonesia.

Pada 2023 lalu, BRIN mengucurkan dana sekitar Rp2,2 triliun untuk pendanaan penelitian dan inovasi serta penyediaan infrastruktur. Pada tahun yang sama, BRIN mencatat ada sekitar 5.273 dokumen yang telah dipublikasikan di tingkat internasional.

Meski mencatatkan capaian yang cukup baik, keputusan untuk sentralisasi lembaga-lembaga riset dari berbagai keilmuan di bawah BRIN perlu dikaji ulang. Sebab, kebijakan sentralisasi ini berpotensi untuk mengesampingkan bidang-bidang tertentu dalam hal pendanaan riset.

Ketiga, pendanaan dari lembaga-lembaga di luar BRIN ataupun di luar kampus-kampus – baik kampus swasta maupun kampus negeri – yaitu pusat kajian atau lembaga-lembaga yang memiliki konsentrasi dalam produksi pengetahuan. Dalam hal ini, periset juga memiliki peluang untuk mendapatkan pendanaan dari luar negeri.

Riset BRIN Ungkap Manfaat Gel Duri Landak untuk Penyembuhan Luka

Peleburan Lembaga Riset ke dalam BRIN, Arah Kemunduran Riset?

Riset di Indonesia menghadapi berbagai tantangan. Wacana yang kerap dijadikan diskursus adalah perihal anggaran riset. Sebenarnya, tidak hanya dari segi anggaran, kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah juga turut berpengaruh terhadap kualitas riset di Indonesia, salah satunya ialah sentralisasi BRIN.

Peleburan lembaga-lembaga riset ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sejak 2021, dinilai sebagai kebijakan yang membawa riset ke arah kemunduran. Sebab, lembaga-lembaga yang awalnya memiliki fokus di bidang tertentu dan dinaungi kementerian terkait, harus disentralisasi di bawah BRIN yang menaungi berbagai bidang.

Saat ini, BRIN mengelola 12 Organisasi Riset (OR) dan 86 Pusat Riset dari berbagai bidang. Akibatnya, banyak penelitian di beberapa bidang yang pada akhirnya berpotensi untuk tidak mendapat pendanaan.

Riset BRIN Mengungkap Tingkat Stres Orangutan dari Kotorannya, Bagaimana Caranya?

“Ketika ada sentralisasi dengan pertimbangan yang gak matang itu, kontribusinya malah setback, artinya ke belakang. BRIN punya alokasi dana tersendiri, tapi informasinya kan juga di dalam BRIN itu ya kompetitif. Beberapa topik di BRIN tidak ada jaminan untuk didanai karena kompetitif,” ungkap Edi.

Seharusnya, ia menambahkan, pemerintah mengidentifikasi keberadaan lembaga-lembaga riset dan kemudian mendukung, termasuk lewat pendanaan dan infrastruktur.

“Gak perlu digabung, reorganisasi. Ini bukan memperbaiki sistem atau iklim-iklimnya, tapi justru mendegradasi dari upaya pengembangan,” tegasnya.

Edi menekankan, seharusnya yang dibangun adalah iklim diskusi dari hasil publikasi ilmiah itu. Bagaimana akademisi saling mengkritisi hasil penelitian yang dihasilkan.

Unik, Ramuan Penghilang Bau Sampah Justru Terbuat dari Campuran Limbah Sampah

Masalah Jurnal Predator, Plagiarisme, hingga Penelitian Berulang

Sebenarnya, secara kualitas, riset di Indonesia masih banyak perlu peningkatan. Sebab, selama ini, ketercapaian publikasi ilmiah hanya dilihat dari segi kuantitas.

Hal ini tidak dapat terlepas dari fakta bahwa standardisasi kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya perguruan tinggi negeri, ditetapkan lewat Indeks Kinerja Utama (IKU). Dalam indeks ini, jumlah publikasi ilmiah masih menjadi tolok ukur keberhasilan riset.

Bukan sebagai solusi atas kurangnya kegiatan ilmiah, beban pemenuhan target jumlah publikasi ilmiah ini justru dinilai menjadi salah satu faktor munculnya berbagai masalah riset di Indonesia, termasuk plagiarisme dan penerbitan artikel di jurnal predator.

“Karena yang dituju hanya sekedar soal kuantitas, ya pokoknya penting publish. Publikasinya meningkat, tapi diskursi keilmuan nggak dibangun,” terang Edi.

Terapi Kesehatan Mental Berbasis Budaya, Kolaborasi Ilmu Psikologi dan Antropologi dari Prof. Subandi

Sebenarnya, fenomena penggunaan jurnal predator sebagai jalan pintas publikasi ilmiah bukan baru saja terjadi. Dilansir dari Kompas.com, merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Vit Machacek dan Martin Srholec pada 2022 lalu dalam “Predatory publishing in Scopus: Evidence on cross-country differences”, Indonesia bahkan telah menjadi negara kedua pengguna jurnal predator selama kurun waktu 2015 – 2017. Hanya saja, kasus ini baru terungkap ke permukaan tahun lalu.

Lebih lanjut lagi, laporan The Conversation bahkan mengatakan, 8 dari 10 Guru Besar di Indonesia pernah menerbitkan artikel di jurnal predator. Angka ini ditemukan berdasarkan hasil survei terhadap 158 guru besar dengan 4.742 artikel jurnal terindeks Scopus yang berasal 18 Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia.

Hasilnya, 1.363 artikel atau hampir 30% dari sampel terbit di jurnal-jurnal yang merupakan karya Guru Besar, terindikasi predator.

Penghargaan Akademik Tertinggi dari Pemerintah Prancis untuk Guru Besar UGM

Tidak hanya ancaman jurnal predator, pembebanan target jumlah publikasi ini juga menyebabkan peneliti di Indonesia hanya sekedar recycle ide. Artinya, peneliti-peneliti banyak yang menggunakan kembali penelitian-penelitian sebelumnya tanpa ada unsur kebaruan. Akibatnya, muncul tindakan plagiarisme.

Penelitian tersebut juga tidak memiliki novelty atau kebaruan yang berkontribusi secara teoritik terhadap bidang ilmu tertentu.

“Penelitian semacam itu ya benar-benar hanya memecahkan masalah teknis saja, tapi kontribusi keilmuan jadi nggak ada. Jadi kan sampai sekarang ya nggak ada orang Indonesia yang dinominasikan Nobel,” imbuh Edi Subkhan.

Guru Inspiratif dari Gresik: Kehebatan Ahmad Zubaidi Amrullah yang Raih Anugerah GTK Kemenag

Dosen Muda Jadi Salah Satu Kunci Dongkrak Kualitas Riset

Meski banyak celah sana-sini yang tengah dihadapi riset Indonesia, bukan berarti sama sekali tidak ada harapan. Dengan hadirnya dosen-dosen muda di perguruan tinggi, riset memiliki sedikit harapan untuk mendongkrak dari segi kualitas.

Riset yang berkualitas ini, perlu dibangun lewat iklim keilmuan yang kuat, mulai dari pelatihan dan pendidikan yang bagus, konsistensi, serta aktivitas diskusi.

“Karena riset itu, pertama itu tergantung dari orangnya,” papar Edi.

Alat Pakan Ikan Otomatis Rancangan ITB, Solusi Agar Petambak Tidak Wara-Wiri

Selain membangun dari segi sumber daya manusia, pemerintah juga berperan dalam mendukung aktivitas riset, terutama dalam hal pendanaan. Sebab, tidak dapat dipungkiri, penelitian yang dilakukan akan membutuhkan bantuan dana yang cukup besar.

“Kalaupun ada seorang peneliti yang bagus, dia lulus dari kampus luar misalnya, terus balik ke Indonesia, tapi nggak ada dukungan pendanaan, nggak ada dukungan dari ekosistem yang bagus, dia akan jadi single fighter,” terang Edi.

“Oleh karena itu, dukung para peneliti dengan pendanaan yang oke, terus sistem yang bagus, dan jangan hanya kasih target yang sifatnya kualitatif dari pemerintah, bangun iklim ilmiah,” tandasnya.

Kiprah Yudha Prawira Budiman, Dosen Unpad yang Jadi Penulis Utama di Jurnal Chemical Reviews Bersama Sederet Peneliti

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Kereta Ekonomi PSO Makin Diminati, Jadi Solusi Bepergian dengan Hemat

images info

PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah menyediakan layanan kereta api (KA) dengan harga yang terjangkau dan berkualitas untuk masyarakat sejak lama. Salah satu layanan kereta api murah itu adalah melalui pemberlakuan kereta api jenis Public Service Obligation (PSO).

KA PSO adalah layanan kereta ekonomi subsidi yang diberikan oleh KAI bersama dengan Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Menurut AESIA yang dikelola Kementerian Keuangan (Kemenkeu), pemberian subsidi ini membantu pertumbuhan sektor properti dan memberikan dampak positif untuk penurunan tingkat polusi udara.

Perlu diketahui, pemberian program subsidi dan PSO ini tidak hanya terbatas di kereta api, tetapi juga angkutan jalur laut, yaitu kapal. Pemberian PSO diperuntukkan bagi masyarakat ekonomi kecil agar dapat menikmati perjalanan dengan angkutan umum dengan aman dan nyaman.

Di sisi lain, saat ini Kemenhub dan KAI terus berusaha memberikan layanan kereta api, baik jarak jauh maupun dekat, dengan tarif yang sangat terjangkau. Hasilnya, masyarakat dapat ikut merasakan layanan kereta api yang ekonomis.

Kereta Ekonomi PSO Makin Diminati

Menariknya, KAI menyebut bahwa semakin banyak masyarakat yang berminat menggunakan moda transportasi kereta bersubsidi tersebut. Per 2024, total jumlah pelanggan KA PSO mencapai 16.492.750 penumpang.

Bahkan, pada bulan Januari 2025 saja, jumlah penumpang KA PSO naik sebesar 11,49 persen dibanding Januari di tahun sebelumnya. Secara kolektif, penumpang kereta subsidi pada Januari 2025 adalah 1.469.309 penumpang. Sementara itu, di bulan yang sama pada tahun 2024, jumlah penumpangnya adalah 1.317.833 orang.

Salut! Ini yang Dilakukan KAI untuk Berikan Layanan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas

Jumlahnya yang meningkat itu menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap layanan kereta ekonomi bersubsidi. Selain harganya yang lebih murah dibandingkan kereta nonsubsidi, KAI pun tetap memberian jaminan kenyamanan dan keamanan penumpang selama perjalanan.

“Kereta api ekonomi bersubsidi ini memberikan akses mobilitas yang lebih luas bagi masyarakat, khususnya mereka yang membutuhkan moda transportasi yang efisien dan hemat biaya. KAI terus berkomitmen untuk meningkatkan layanan agar masyarakat dapat menikmati perjalanan yang berkualitas,” ujar Anne, Vice President Public Relation KAI dalam keterangan resminya.

Ikut Dukung Ekonomi Masyarakat

Kebedaraan KA PSO disebut membantu pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah yang dilaluinya. Hal ini dapat membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar.

Selain itu, dengan tarif yang merakyat, KA PSO juga dapat membantu pelajar, pekerja, hingga pelaku usaha kecil untuk bepergian dengan hemat. Dengan demikian, mereka dapat mengalokasikan anggaran mereka untuk kebutuhan yang lain.

Masyarakat dapat menikmati layanan kereta api bersubsidi lokal (jarak dekat) dan jarak jauh. KAI menjelaskan, saat ini terdapat 13 KA PSO jarak jauh yang dapat mengantarkan pelanggan untuk bepergian lintas provinsi.

Carbon Footprint, Gebrakan Baru KAI untuk Edukasi Penumpang Demi Kurangi Emisi Karbon

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Melawat ke Pantai Nambung Lombok, Pantai Indah dengan Air Terjun Asin

images info

Lombok memang tak pernah kehabisan pesona. Pulau yang terkenal dengan keindahan alamnya ini memiliki banyak destinasi menarik, dari pantai berpasir putih hingga perbukitan hijau yang menawan.

Namun, ada satu destinasi wisata di Lombok yang menawarkan sesuatu yang unik dan berbeda, yaitu Pantai Nambung.

Berbeda dari pantai-pantai lainnya, Pantai Nambung memiliki fenomena alam langka berupa air terjun asin yang terbentuk dari hempasan ombak besar ke tebing karang.

Inilah yang membuat pantai ini semakin menarik bagi wisatawan yang mencari pengalaman berbeda di Lombok.

Desa Wisata Lombok, Panduan Lengkap Wisata Budaya, Alam, dan Kuliner Terbaik 2025

Sekilas Mengenai Pantai Nambung

Terletak di Dusun Pengantap, Desa Buwun Mas, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Pantai Nambung berada di pesisir selatan Pulau Lombok yang langsung berbatasan dengan Samudra Hindia.

Pantai ini masih segaris dengan Pantai Kuta, Pantai Mawun, dan Pantai Selong Belanak di Lombok Tengah, sehingga memiliki karakteristik ombak besar dan garis pantai yang luas.

Meskipun belum sepopuler Pantai Senggigi atau Gili Trawangan, keindahan Pantai Nambung semakin menarik perhatian wisatawan, terutama mereka yang gemar menjelajah destinasi tersembunyi.

Selain panorama laut yang indah, Pantai Nambung juga terkenal sebagai tempat pemancingan yang kaya akan ikan laut besar seperti kakap, tongkol, dan baronang.

Berkunjung ke Sirkuit Mandalika? Inilah 10 Kuliner Khas Lombok yang Wajib Dicicipi!

 

Daya Tarik Pantai Nambung

Lantas, apa saja daya tarik yang bisa Kawan jelajahi bila berkunjung ke sini? Berikut di antaranya:

Air Terjun Asin yang Menakjubkan

Daya tarik utama Pantai Nambung adalah fenomena air terjun asin yang tercipta dari hempasan ombak besar yang menerjang tebing karang.

Saat ombak menghantam tebing setinggi 10 meter, air laut yang terlempar ke atas akan jatuh kembali menyerupai air terjun alami.

Fenomena ini mirip dengan Air Terjun Benang Stokel dan Benang Kelambu di Lombok Tengah, tetapi dengan keunikan tersendiri karena berasal dari air laut.

Hamparan Pasir Putih yang Memikat

Selain air terjun asin, Pantai Nambung juga memiliki garis pantai yang luas dengan pasir putih lembut. Wisatawan bisa berjalan-jalan santai di tepi pantai, bermain pasir, atau sekadar menikmati deburan ombak sambil bersantai di bawah langit biru.

Perairan Jernih dan Kawasan Budidaya Rumput Laut

Pantai Nambung juga menjadi tempat budidaya rumput laut oleh masyarakat setempat. Wisatawan bisa melihat langsung aktivitas para petani rumput laut, yang menambah kesan khas dan autentik dari pantai ini.

Pemandangan Pegunungan yang Menawan

Salah satu hal yang membuat Pantai Nambung semakin istimewa adalah lanskapnya yang dikelilingi oleh pegunungan hijau. Kombinasi antara pantai berpasir putih, air laut biru, dan perbukitan yang menghijau menciptakan pemandangan yang luar biasa indah.

Mengikuti Denyut Alam di Desa Tetebatu Lombok, Harmoni di Kaki Gunung Rinjani

Akses Menuju Pantai Nambung

Perjalanan menuju Pantai Nambung bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi atau menyewa transportasi lokal. Jika Kawan GNFI berangkat dari Kota Mataram, perjalanan akan memakan waktu sekitar 2,5 jam. Berikut rutenya:

  1. Dari Mataram, menuju Gerung, lalu ke arah Pelabuhan Lembar.
  2. Di pertigaan Segenter (Lembar), belok kiri menuju wilayah Sekotong.
  3. Setelah sampai di Sekotong Tengah, lanjutkan perjalanan hingga menemukan jalur menuju Teluk Sepi.
  4. Dari Teluk Sepi, lurus ke arah Pasar Buwun Mas dan ikuti jalur sejauh 4 km ke timur hingga mencapai Pantai Nambung.

Selama perjalanan, Kawan GNFI akan disuguhi pemandangan pantai-pantai eksotis serta gugusan Gili seperti Gili Layar, Gili Nanggu, dan Gili Sekotong di kejauhan.

Menelusuri Jejak Tradisi Gerabah Lombok di Desa Banyumulek, Awal Mula dari Karya Rupa yang Mendunia

Fasilitas dan Tips Berkunjung

Fasilitas di Pantai Nambung sudah cukup memadai. Terdapat area parkir, warung makanan, toilet umum, serta beberapa penginapan bagi wisatawan yang ingin bermalam. Namun, karena lokasinya masih tergolong alami dan belum terlalu ramai, sebaiknya Kawan GNFI membawa bekal makanan dan minuman sendiri.

Beberapa tips untuk menikmati Pantai Nambung:

  • Datang antara pukul 08.00-16.00 WITA untuk mendapatkan pemandangan terbaik.
  • Gunakan kendaraan yang prima karena beberapa akses jalan cukup menantang.
  • Bawa pakaian ganti jika ingin bermain air di sekitar air terjun asin.
  • Selalu jaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan.

Pantai Nambung adalah destinasi yang tepat bagi Kawan GNFI yang ingin menikmati keindahan alam dengan sentuhan unik. Fenomena air terjun asin yang jarang ditemui di tempat lain menjadi daya tarik utama yang sayang untuk dilewatkan. 

Ditambah lagi dengan suasana pantai yang masih alami dan pemandangan pegunungan yang memukau, tempat ini layak masuk dalam daftar perjalanan saat berkunjung ke Lombok.

Jadi, kapan Kawan berencana mengunjungi Pantai Nambung?

Singgah Sejenak di Desa Sukarara, Desa Perempuan Penenun Penjaga Warisan Budaya di Lombok Tengah

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – 3 Jenis Rujak Buah yang Ada di Indonesia, Apa Saja Perbedaannya?

images info

Rujak buah, awan tentu sudah tidak asing lagi dengan salah satu makanan tradisional khas Indonesia bukan? Makanan tradisional yang satu ini bisa Kawan jumpai hampir di setiap daerah yang ada di Indonesia.

Tahukah Kawan bahwa rujak menjadi salah satu makanan tradisional yang sudah eksis sejak ribuan tahun silam? Dilansir dari laman RRI, keberadaan rujak di Indonesia diketahui sudah ada sejak awal abad ke-10, tepatnya pada 901 Masehi.

Hal ini diketahui dari Prasasti Taji Jawa Kuno yang diyakini berasal dari zaman Kerajaan Mataram di Jawa Tengah. Penyebutan makanan tradisional ini dalam prasasti tersebut dituliskan dengan nama “rurujak”.

Biasanya rujak buah menjadi salah satu makanan yang digunakan sebagai kudapan dalam mengisi waktu luang. Campuran buah-buahan segar dan bumbu tambahan dalam rujak membuat makanan tradisional ini banyak digemari oleh masyarakat Indonesia.

Meskipun terlihat sama, sebenarnya terdapat beberapa jenis rujak buah yang bisa Kawan jumpai dan nikmati. Masing-masing jenis rujak buah tersebut memiliki perbedaannya tersendiri antara satu sama lain.

Lantas apa saja jenis rujak buah yang bisa Kawan temui di Indonesia? Dinukil dari buku Murdijati Gardjito, Eni Harmayani, dan Umar Santoso yang berjudul Makanan Tradisional Indonesia: Makanan Tradisional Populer: Menu Sepiring Lengkap dan Makanan Berbasis Buah-buahan, berikut 3 jenis rujak yang berbahan dasar buah-buahan segar di Indonesia, yakni.

1. Rujak Kecap

Rujak kecap merupakan jenis pertama dari makanan tradisional yang satu ini. Kawan bisa menjumpai rujak kecap di daerah Demak, Jawa Tengah.

Keunikan dari rujak kecap terletak pada bumbu yang digunakan dalam makanan tersebut. Bumbu dalam rujak kecap dibuat dengan memadukan petis asin dan sambal lotis.

Bumbu dalam rujak kecap dibuat cair. Nantinya bumbu ini akan dicampurkan bersama buah-buahan segar lainnya, seperti mangga atau kedondong yang diiris dengan tipis.

2. Rujak Manis

Jenis kedua dari rujak buah yang bisa Kawan temui di Indonesia adalah rujak manis. Jenis ini merupakan rujak yang paling umum dijumpai di berbagai daerah yang ada di Indonesia.

Biasanya rujak manis disajikan bersama makanan tradisional lainnya, yakni lotis. Namun terdapat sedikit perbedaan antara kedua jenis makanan tradisional ini.

Buah-buahan dalam lotis biasanya akan dipotong-potong. Di sisi lain, buah pada rujak manis akan disajikan dengan cara diparut.

Seiring berkembangnya waktu, makanan tradisional yang satu ini juga mengalami perkembangan. Terdapat beberapa jenis kuliner yang mencampurkan rujak manis dengan makanan lainnya.

Salah satu contohnya adalah ketika ada rujak manis juga disajikan dengan es putar. Inovasi makanan ini juga dikenal dengan sebutan rujak es krim.

3. Rujak Sambel Asem

Rujak sambel asem merupakan jenis rujak buah terakhir yang bisa Kawan jumpai di Indonesia. Rujak ini merupakan salah satu kuliner khas yang berasal dari daerah Cirebon, Jawa Barat.

Bumbu dalam rujak sambel asem biasanya menggunakan tambahan asam jawa yang banyak. Hal ini pula yang menimbulkan rasa asem bercampur pedas dalam makanan tradisional tersebut.

Berbeda dengan rujak buah lainnya, rujak sambel asem biasanya juga menggunakan tambahan sayuran di dalamnya. Beberapa jenis tambahan lain yang bisa Kawan jumpai dalam makanan tradisional ini adalah mentimun, taoge, dan lainnya.

Itulah tiga jenis rujak buah yang bisa Kawan jumpai di Indonesia. Apakah Kawan tertarik untuk mencoba makanan tradisional yang satu ini?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Penjualan Eceran Diperkirakan Tetap Tumbuh, Masyarakat Masih Optimis Berbelanja?

images info

 

Penjualan eceran di Indonesia diperkirakan tetap tumbuh pada Januari 2025, meskipun mengalami perlambatan dibandingkan bulan sebelumnya.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), Indeks Penjualan Riil (IPR) Januari 2025 diperkirakan mencapai 211,3, atau tumbuh 0,4% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, pertumbuhan ini terutama didorong oleh meningkatnya permintaan pada kelompok barang budaya dan rekreasi serta peralatan informasi dan komunikasi.

Sementara itu, kelompok suku cadang dan aksesori, bahan bakar kendaraan bermotor, serta makanan, minuman, dan tembakau juga masih mencatat pertumbuhan, meskipun lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya.

“Penjualan eceran tetap tumbuh, terutama karena peningkatan di sektor budaya, rekreasi, serta peralatan informasi dan komunikasi. Namun, beberapa sektor lain mengalami perlambatan pasca-libur akhir tahun,” ujar Ramdan dalam keterangan resmi.

Bebas dari Dolar! Indonesia-China Sepakat Tetap Pakai Mata Uang Lokal untuk Transaksi

Kinerja Penjualan Eceran di Awal 2025

Secara bulanan, penjualan eceran pada Januari 2025 diperkirakan mengalami kontraksi 4,8% (month-to-month/mtm) setelah sebelumnya tumbuh 5,9% mtm pada Desember 2024.

Penurunan ini merupakan efek normalisasi permintaan setelah perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru), yang biasanya memicu lonjakan belanja masyarakat.

Namun, jika melihat data Desember 2024, IPR tercatat sebesar 222,0, tumbuh 1,8% yoy, lebih tinggi dibandingkan November 2024 yang hanya tumbuh 0,9% yoy. Peningkatan ini didorong oleh kelompok suku cadang dan aksesori serta barang budaya dan rekreasi.

“Permintaan masyarakat meningkat signifikan selama musim liburan, terutama pada barang elektronik dan rekreasi. Ini menjadi faktor utama pertumbuhan penjualan di akhir tahun,” jelas Ramdan.

Selain itu, secara bulanan (mtm), Desember 2024 mencatat pertumbuhan 5,9%, lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 0,4% mtm.

Seluruh kelompok komoditas tercatat tumbuh positif, dengan peralatan informasi dan komunikasi mencatat pertumbuhan tertinggi, diikuti oleh suku cadang dan aksesori serta barang budaya dan rekreasi.

Mantap! Keripik Tempe Indonesia Makin Dicari di Pasar Internasional

Prospek Penjualan Eceran ke Depan

Meskipun terjadi perlambatan di awal tahun, prospek penjualan eceran di Indonesia tetap positif. Sejumlah faktor yang dapat mendorong pertumbuhan ke depan antara lain:

  1. Meningkatnya daya beli masyarakat, terutama seiring dengan kebijakan ekonomi yang mendukung konsumsi domestik.
  2. Transformasi digital dalam perdagangan ritel, yang mempermudah akses konsumen terhadap berbagai produk.
  3. Momentum Ramadan dan Lebaran, yang biasanya mendorong lonjakan konsumsi pada kuartal pertama dan kedua.

Dengan tren positif ini, sektor ritel diharapkan tetap tumbuh stabil sepanjang 2025, meskipun akan ada fluktuasi musiman.

Cadangan Devisa Indonesia Meningkat, Pertanda Positif untuk Ekonomi Nasional?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News