Posted on Leave a comment

KUBET – Mengenang Barbie Hsu, Pemeran San Chai di Meteor Garden yang Sempat Eksis di Layar Kaca Indonesia

images info

Salah satu aktris asal Taiwan, Barbie Hsu dikabarkan baru saja meninggal dunia. Aktris sekaligus penyanyi ini diketahui meninggal dunia pada Minggu, 2 Februari 2025.

Bagi generasi sekarang, nama Barbie Hsu mungkin terdengar asing di telinga. Namun bagi generasi yang tumbuh pada era 1990-an akhir hingga 2000-an awal, tentu tidak asing dengan aktris yang satu ini.

Apalagi Barbie Hsu pernah tampil di layar kaca Indonesia pada waktu itu. Sebab dirinya merupakan salah satu pemeran dari serial drama Taiwan, Meteor Garden yang pernah tayang di televisi Indonesia pada waktu itu.

Kabar Duka Barbie Hsu

Aktris dengan nama lengkap Barbie Hsu Hsi Yuan ini lahir pada 6 Oktober 1976. Sebelum memulai karier di dunia peran, Barbie Hsu sudah terlebih dahulu terjun di dunia hiburan sebagai penyanyi.

Bersama adiknya, Dee Hsu, aktris yang juga dikenal dengan nama Big S ini membentuk grup duo bernama SOS. Nantinya grup duo ini kemudian berganti nama menjadi ASOS.

Karier peran Barbie Hsu sendiri melejit ketika dirinya berperan sebagai San Chai dalam serial drama Meteor Garden. Tidak hanya di Taiwan, serial drama ini juga ditayangkan di berbagai negara lainnya, termasuk Indonesia.

Dilansir dari laman BBC, kabar duka tentang meninggalnya Barbie Hsu ini dikonfirmasi langsung oleh saudarinya, Dee Hsu di media lokal pada Senin, 3 Februari 2025. Berdasarkan keterangan Dee Hsu, Barbie Hsu terkena pneumonia ketika keluarga mereka sedang merayakan Tahun Baru Imlek di Jepang.

Penyakit ini diakibatkan oleh influenza yang diderita oleh Barbie Hsu dan membuat dirinya tutup usia di usia yang ke-48 tahun.

Pemeran San Chai di Meteor Garden

Meteor Garden menjadi salah satu momen yang melambungkan nama Barbie Hsu di dunia peran. Barbie Hsu berperan sebagai San Chai dalam serial drama yang merupakan adaptasi dari komik Jepang atau manga berjudul Hana Yori Dango tersebut.

Serial yang rilis pada 2001 ini berkisah tentang seorang gadis bernama San Chai yang masuk ke sebuah universitas yang didominasi oleh orang-orang kaya. Hal ini berbeda dengan kondisi San Chai yang berasal dari latar belakang keluarga miskin.

Di universitas tersebut, terdapat empat orang laki-laki yang tergabung ke dalam kelompok Flower 4 atau F4. Kelompok yang berasal dari keluarga terpandang ini memiliki peranan yang besar di kampus tersebut.

Kelompok F4 kerap kali menyingkirkan orang-orang yang tidak mereka sukai. Namun San Chai ternyata mampu menantang keberadaan kelompok tersebut.

Interaksi ini akhirnya memunculkan hubungan antara San Chai dengan F4. Kehidupan San Chai di kampus kemudian berubah drastis ketika dirinya mulai berinteraksi dengan kelompok tersebut.

Tidak hanya itu, benih-benih cinta juga mulai muncul dalam diri mereka seiring berjalannya waktu. Kisah yang diceritakan dalam Meteor Garden inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap penikmat serial drama tersebut.

Sempat Eksis di Layar Kaca Indonesia

Kepopuleran serial drama Meteor Garden tidak hanya tersebar di Taiwan saja. Serial drama ini bahkan juga ditayangkan di negara-negara lainnya.

Dalam laman BBC disebutkan bahwa serial drama ini bahkan dialih suarakan di Indonesia, Filipina, dan Thailand. Alih suara ke dalam bahasa lokal ini membuat serial drama ini makin populer di negara tersebut.

Di Indonesia sendiri, serial Meteor Garden pernah ditayangkan di beberapa stasiun TV berbeda, seperti Indosiar, Trans TV, Trans 7, dan RTV. Selain itu, serial drama ini sempat kembali ditayangkan oleh RCTI di layar kaca Indonesia pada 2017 silam.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Merasakan Sumber Mata Air Warisan Raja Jayabaya di Kediri, Konon Bisa Sembuhkan Penyakit

images info

Masyarakat Kediri mempunyai tempat yang dikeramatkan karena dipercaya mempunyai khasiat untuk menyembuhkan. Tempat bernama Sendang Tirto Kamandanu ini juga dipercaya sering digunakan Prabu Jayabaya sebelum moksa.

Dimuat dari Merdeka, pertirtaan atau sumber air ini disebut sebagai tempat bermain putri-putri raja ketika masa pemerintahan Raja Jayabaya. Mata air yang dianggap suci ini masih lestari hingga sekarang.

Jelajah Gua Maria dan Tahu Takwa ke Kota Terbesar Ketiga di Jawa Timur

Sendang Tirto Kamandanu ini berjarak sekitar 200 meter dari petilasan Prabu Jayabaya. Berada di di Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri. Setiap hari, sumber air keramat ini selalu ramai pengunjung.

“Sumur itu tidak pernah kering pada musim apapun, setiap hari banyak warga mengambil air di situ,” ujar Agus Yulianto, salah satu pengunjung asal Blitar, Selasa (14/5/2024). 

Mata air kehidupan

Dinukil dari situs IAIN Kediri, Tirto Kamandanu memiliki makna sumber mata air yang memberi kehidupan. Hal ini karena mata air ini memberi kegunaan beraneka ragam bagi makhluk hidup. 

Pada masa lalu, Sendang Tirta Kamandanu berfungsi sebagai tempat pemandian dengan keberadaan kolam. Namun, kini kolamnya sudah kosong. Tersisa sumber air yang dikeramatkan berupa sebuah sumur. 

Urutan 6 Kota Terkecil di Jawa Timur, Kota Mojokerto Peringkat 1

Konon, air yang terdapat di sumur Sendang Tirto Kamandanu dapat menyucikan dan menyehatkan masyarakat. Karena itu muncul mitos, air dari Sendang Tirto Kamandanu tidak boleh direbus. 

“Langsung diminum gitu aja, soalnya kalau direbus katanya khasiatnya hilang,” jelas Agus, salah satu pengunjung.

Tempat ritual

Sebagian masyarakat masih melestarikan tradisi ngalap berkah di petilasan Sri Aji Jayabaya, terutama pada bulan Suro. Masyarakat kadang hanya membawa tikar, pakaian dan makanan yang terbatas, juga perlengkapan untuk melakukan ritual tersebut. 

Selain itu, mereka akan melakukan ritual mandi suci dan doa di sekitar kolam menjadi pengalaman yang mengubah bagi banyak orang yang mengunjunginya.  Karena itu, peziarah yang datang bukan hanya dari Kediri tetapi juga dari luar daerah.

“Kadang dari luar negeri pun pernah ke sini, Jakarta, dan Bali juga, termasuk masyarakat Kediri. Tapi lebih banyak lagi pada saat momentum bulan Syuro,” tutur Mbah Suratin, sang juru kunci yang dimuat Liputan6.

Jembatan Lama Kediri, Saksi Bisu Sejarah Pertumbuhan Kota Kediri

Mbah Suratin menyatakan siapa saja boleh datang ke Sendang Tirto Kamandanu. Tetapi dia menekankan agar para peziarah hanya berharap doa nya dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

“Di sini boleh dan bebas, dalam arti kata hanya berdoa serta melestarikan budaya leluhur. Ini hanya sebagai perantara saja. Intinya percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Maha Segala,” tutur mantan guru Sekolah Rakyat, yang menjadi juru kunci sejak tahun 1997.

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – CSR Jadi Kunci Dampak Nyata untuk Masyarakat, Erick Taufan: Lebih dari Sebatas Bakti Sosial

images info

Pernahkah Kawan mendengar istilah CSR atau Corporate Social Responsibility? Istilah ini biasanya dikaitkan dengan kegiatan bakti sosial yang dilakukan oleh sebuah perusahaan sebagai wujud tanggung jawab dan dampak yang bisa diberikan bagi lingkungan sekitar.

Namun tahukah Kawan bahwa ternyata CSR tidak terbatas pada hal itu saja? Di era seperti saat ini, CSR bisa menjadi salah satu kunci yang bisa digunakan untuk memberikan dampak nyata yang positif bagi masyarakat.

Hal ini seperti yang diutarakan oleh Ketua Relawan Bakti BUMN, Erick Taufan saat menjadi narasumber dalam GoodTalk Off-air pada Jumat, 24 Januari 2025. Bahkan dalam acara yang diselenggarakan oleh Good News From Indonesia tersebut, praktisi CSR dan Sustainability ini bahkan menyebutkan bahwa CSR lebih dari sebatas kegiatan bakti sosial saja.

Lantas bagaimana keterkaitan antara CSR dengan dampak nyata yang bisa diberikan bagi masyarakat luas?

Sekilas tentang CSR

Secara umum, CSR atau Corporate Social Responsibility bisa didefinisikan sebagai tanggung jawab dari sebuah perusahaan. Tanggung jawab ini merupakan wujud komitmen dari sebuah perusahaan secara etis dan bertanggung jawab terhadap lingkungan hingga masyarakat di sekitarnya.

Pada dasarnya, adanya CSR bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari aspek-aspek yang ada. Oleh sebab itu, kegiatan ini biasanya berkaitan dengan aktivitas yang bisa memberikan dampak bagi lingkungan sekitar, seperti memperbaiki sekolah, melakukan pengadaan air, dan sejenisnya.

Lebih dari Sekadar Bakti Sosial

Namun dalam praktiknya, keberadaan CSR ternyata tidak terbatas pada hal itu saja. CSR tidak hanya mencakup pada pemberian bantuan atau bakti sosial saja, tetapi berkaitan tentang bagaimana sebuah aktivitas bisnis dijalankan oleh perusahaan.

Erick Taufan menjelaskan bahwa hal inilah yang sering kali disalah artikan oleh sebuah perusahaan. Aktivitas CSR yang banyak berkaitan dengan pemberian bantuan membuat kegiatan ini sebatas itu saja.

“Dalam Corporate Social Responsibility, social-nya itu adalah society, bukan sosial dalam Bahasa Indonesia. Seringkali kita mengartikan social dalam bahasa kita sendiri seolah-olah itu adalah bakti sosial, (padahal) bukan,” ucap Erick.

Berdasarkan pemahaman tersebut, para praktisi CSR mesti menguasai berbagai macam kemampuan agar aktivitas yang diselenggarakan bisa berdampak nyata bagi masyarakat luas. Menurut Erick, setidaknya ada tujuh kemampuan utama yang dimiliki oleh praktisi CSR agar bisa menghasilkan program yang berdampak nyata.

Tujuh aspek yang mesti dikuasai oleh para praktisi CSR tersebut di antaranya top management commitment, intellectual capacity and skillset, system and procedure, partnership, dan digitalization. Dengan ketujuh aspek ini, praktisi bisa menyusun program yang benar-benar memberikan dampak yang berkelanjutan bagi masyarakat.

Sebagai praktisi CSR sekaligus Ketua Relawan Bakti BUMN, Erick Taufan memberikan contoh program CSR yang dia hasilkan lewat pemahaman kemampuan tersebut. Misalnya Erick menerapkan implementasi budaya perusahaan berlabel AKHLAK secara luas, transformasi CSR di grup BUMN, hingga peningkatan kompetensi pegawai.

Terbukti enam program yang ada di Bakti BUMN berhasil dijalankan di 49 lokasi berbeda. Tidak hanya itu, 505 relawan dari pegawai Kementerian BUMN dan BUMN Group juga ikut terlibat dalam pelaksanaan program tersebut.

Meskipun demikian, keberlangsungan program ini tidak serta merta berjalan mulus begitu saja. Bahkan ada program-program yang mesti dijalankan tanpa dukungan pendanaan.

Namun Erick menjelaskan bahwa kolaborasi antarpihak bisa menjadi solusi untuk mengatasi tantangan tersebut. Kerja sama dengan berbagai pihak, baik organisasi nonpemerintah maupun komunitas bisa menjadi bentuk kolaborasi yang dilakukan untuk menjalankan sebuah program.

Bukan tidak mungkin, program CSR yang dijalankan dari hasil kolaborasi ini bisa menghasilkan komunitas baru lainnya. Hal ini dicontohkan Erick seperti program beasiswa BUMN yang juga membentuk komunitas dari para penerimanya.

“Bahkan programnya komunitas ini awalnya berjalan tanpa dukungan dana BUMN. Dan kita membuktikan bahwa sebagai komunitas, kami bisa berjalan sendiri tanpa pendanaan dari korporasi,” jelas Erick.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Asal Usul Desa Pocong Bangkalan, Dulu Pernah Diteror Hantu kini Punya Kolam Pemandian Alami

images info

Sebuah desa yang berada di Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur memiliki nama yang unik. Pasalnya nama desa ini mempunyai nuansa yang horor yaitu Desa Pocong.

Dimuat dari Detik, asal usul nama Desa Pocong ini membuat penasaran banyak orang. Ternyata penamaannya karena dulu desa ini adalah hutan belantara yang dikenal angker.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai menghuni hutan belantara itu. Penduduk yang menempati desa di tengah hutan ini mengaku sering melihat penampakan hantu pocong.

Wisata Kearifan Lokal Pamekasan, Fenomena Etnofisika Api Tak Kunjung Padam

Konon ceritanya, pocong itu meneror warga setiap malam selama 40 hari. Karena teror hantu itu, warga sampai menutup rumah rapat-rapat dan menaruh jimat agar tidak diteror hantu pocong.

“Ya karena seringnya warga yang dihantui penampakan pocong itulah, yang membuat desa ini dinamakan Desa Pocong,” tutur Masduki, Ketua BPD Pocong, Jumat (23/9/2022).

Versi lain

Tetapi bukan hanya itu, ada versi lain yang menyatakan nama desa ini berada dari sebutan pohon pucang yang memunculkan sumber air di bawahnya. Dari nama pohon pucang inilah kemudian dibuat lah nama Desa Pocong,” imbuhnya

Ustaz Abdul Ghoni, salah seorang tokoh dari Dusun Karang Anyar menyebut nama desa ini diambil dari tambatan perahu atau ‘pancong’. Sebab, pancong banyak ditemukan di sepanjang anak sungai di desa tersebut.

Bubur Manggul, Makanan Tradisional dari Madura dengan Cita Rasa Gurih dan Pedas

“Kalau dulu saya masih melihat banyak pancong di sepanjang sungai ini. Bisa jadi Desa Pocong diambil dari kata pancong itu,” kata Ghoni.

“Ada juga yang bilang, karena panjangnya aliran air dari sumber yang keluar dari pohon pocang yang sampai ke wilayah kota Bangkalan, sehingga pangkalnya disebut pocong,” imbuhnya.

Pemandian air panas

Desa yang dipercaya sebagai desa tertua yang ada di Pulau Madura ini menarik bukan hanya dari kisah sejarahnya. Tetapi juga keberadaan kolam pemandian alami bernama Pemandian Sumber Pocong. 

Kolam alami yang berada di Dusun Karang Anyar, Desa Pocong, Kecamatan Tragah ini jadi favorit warga desa untuk melepas penat dari aktivitas sehari-hari. Sayangnya, kolam pemandian alami ini belum dikembangkan dengan optimal. 

Dhurung dan Roma Tabing Tongkok, Bangunan Warisan Tak Benda Jatim 2024

Beberapa pengunjung memberikan ulasan kurang baik di aplikasi Google Maps. Mulai dari minimnya fasilitas hingga jalan yang rawan begal. Jika ingin mengunjungi, Anda harus bertanya dengan warga sekitar Desa Pocong, karena tidak ada penunjuk jalan.

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Sapta Manggala, Si Pelestari Cucuk Lampah dan Penjaga Budaya Tanah Jawa

images info

Pernikahan Jawa klasik memang selalu menarik untuk disimak. Prosesinya yang panjang dan unik membawa nuansa magis, membalut setiap langkah dalam upacara sakral sekali seumur hidup itu.

Salah satu tradisi yang sarat akan makna dalam prosesi pernikahan Jawa adalah cucuk lampah. Tradisi ini menjadi bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari pernikahan adat Jawa.

Cucuk lampah adalah salah satu rangkaian pernikahan adat Jawa klasik, di mana seorang penari akan memandu rombongan pengantin dengan gerakan-gerakan khas yang tertata. Kata “cucuk” dalam bahasa Jawa berarti pemimpin pasukan. Sementara itu, “lampah” berarti berjalan.

Sejak dahulu, cucuk lampah dipercaya sebagai brastosukerto, tolak balaknya sengkolo atau menjauhkan dari hal-hal buruk dan malapetaka. Jenis cucuk lampah sangat beragam, salah satunya adalah cucuk lampah wayang dengan tokoh Arjuna.

Alunan gending yang indah diiringi dengan lenggak-lenggok tarian gemulai penuh makna mampu membius siapa saja yang menyaksikannya. Adalah Sapta Manggala Gunawan, seorang Maestro kondang kelahiran Kediri, Jawa Timur, yang masih eksis untuk melestarikan tradisi cucuk lampah.

Sapta menyebut riasan pada tokoh Arjuna cenderung lembut dan tidak glamor. Gerakan tariannya pun sangat halus, mengikuti alunan musik yang diperdengarkan.

Kostum yang dipakai memiliki ciri khas tokoh pewayangan Jawa, seperti jarik parang klitik cokelat, selendang dengan warna pakem kuning di bagian depan dan hijau di belakang, dan mahkota. Propertinya pun tampak istimewa dengan sentuhan warna emas yang menawan.

Perang Ketupat di Tempilang, Tradisi Bernuansa Seni yang Jadi Ajang Silaturahmi

Tradisi Cucuk Lampah yang Mulai Redup

Di tengah masifnya kecenderungan anak muda yang semakin enggan menggunakan adat Jawa klasik dalam pernikahannya, Sapta masih teguh melestarikan cucuk lampah sebagai tradisi yang harus dipertahankan. Cucuk lampah bukan hanya sebagai hiburan, tetapi sarana untuk menghidupkan warisan budaya di daerahnya.

“Anak sekarang biasanya menyebut musik sebagai pengiringnya, tapi yang benar aslinya gendhing,” jelas Sapta.

Dedikasinya melestarikan cucuk lampah di tengah gempuran budaya luar ini diabadikan dengan apik oleh Miftahul Fahmil Ilmi, dalam Lomba Rekam Maestro yang dihelat GNFI dan Kemdikbud RI. Gerakan yang cantik dan gemulai terekam dengan jelas nan indah dalam karya tersebut.

Gempuran budaya asing yang masuk ke Indonesia membuat seniman lokal, termasuk Sapta, harus berjuang lebih keras. Alih-alih menyerah, Sapta justru semakin bersemangat untuk mengembangkan penampilannya.

Sang Maestro mulai “mengubah diri”, seperti membuat antingnya menjadi lebih glamor, hingga memakai kostum yang sesuai dengan permintaan client. Hal ini dilakukan agar penampilannya lebih indah, menarik, dan laku.

“Bagaimana caranya agar tetap laku, khususnya seniman tari, seperti saya,” imbuhnya.

Menurutnya, seni bersifat statis, bukan dinamis. Hanya seniman yang memiliki idealis dan minat yang tinggi, yang mau memodali dirinya untuk perkembangan budaya itu sendiri.

Di sisi lain, sejak 2016, Sapta sudah mengajarkan budaya ini kepada lebih dari 100 siswanya. Tak lupa, ia mengajak kawula muda untuk ikut melestarikan budaya tanah Jawa ini bersama-sama agar tidak musnah tergerus zaman.

“Mau berkembang bagaimana lagi kalau kita tidak mau melestarikan budaya itu sendiri?,” tukasnya.

Nenek Renia, Satu dari Sekian Penutur Sastra Lisan “Korehan” yang Masih Setia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Nenek Renia, Satu dari Sekian Penutur Sastra Lisan “Korehan” yang Masih Setia

images info

Jika seluruh sastra lisan dari masing-masing suku di Indonesia dihimpun, dapat dipastikan jumlahnya akan lebih banyak dari perkiraan. Meski pola cerita yang ditawarkan sebagian besar sama, sastra lisan tetap memiliki tokoh khas di masing-masing daerah.

Sayangnya, belum ada angka pasti untuk menunjukkan seberapa kaya Indonesia akan sastra lisan.  Sebab, sastra ini kerap kali diturunkan lewat mulut ke mulut. Oleh karena itu, keberadaannya sulit untuk dilacak.

Akan tetapi, sebenarnya, lisan sangat dekat dengan masyarakat. Cerita-cerita dalam sastra lisan ini kerap menjadi pengantar tidur anak-anak, misalnya saja legenda Malin Kundang. Makanya, dongeng atau legenda dalam sastra lisan bisa dikenal dengan cerita rakyat.

Sastra lisan yang di dalamnya termasuk cerita rakyat menjadi tradisi masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Cerita rakyat menjadi milik masyarakat secara kolektif.

Namun, ada yang unik dari sastra lisan. Di Dayak Pesaguan, sastra lisan justru dituturkan oleh kalangan bangsawan. Oleh karena itu, pelestarian sastra tersebut dapat dibilang cukup sulit.

Dayak Pesaguan merupakan salah satu subsuku Dayak yang mendiami Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Nama Pesaguan didasarkan pada tempat tinggalnya yang berada di hulu sungai Pesaguan.

Inilah Sukendar, Sang Maestro Pengrajin Calung Banyumas

Korehan Dituturkan Kaum Bangsawan

Sastra lisan korehan merupakan sastra yang hidup di tengah-tengah masyarakat Dayak Pesaguan. Sayangnya, pelestarian sastra ini bisa dibilang mulai langka. Sebab, sastra ini terbilang unik dengan ketentuan yang cukup ketat.

Pada zaman dulu, korehan hanya boleh dituturkan dari kalangan bangsawan atau masyarakat dengan kepentingan khusus. Masyarakat umum tidak diperkenankan menjadi penutur seni lisan ini. Hal inilah yang dinilai menjadi salah satu faktor korehan sulit untuk diturunkan ke masyarakat Dayak Pesaguan.

Bahkan, sastra lisan ini juga terbilang sulit untuk bisa “masuk” ke dalam sekolah-sekolah.

Mak Normah, Maestro Kepulauan Riau yang Gigih Mewariskan Kesenian Mak Yong

“Jika ingin dikisahkan seperti dongeng di sekolah, sulit, karena (menggunakan) bahasa Dayak Pesaguan halus. Oleh karena itu, tidak stiap orang dapat berkorehan,” jelas nenek Renia.

Nenek Renia merupakan salah satu penutur korehan – sastra lisan Dayak Pesaguan – yang masih bertahan hingga saat ini. Di usianya yang mencapai 84 tahun, ia masih sangat fasih menuturkan korehan. Hal ini dapat dilihat dari video Fernandus Deo Dekapriyo dalam lomba Rekam Maestro yang digelar GNFI X Kemdikbud.

“Kisah ini menceritakan tentang kesukaan dan semarak pesta yang sedang dilaksanakan. Pria dan wanita menari bersama sambil bercanda mengikuti alunan musik,” imbuhnya.

Korehan tampak seperti cerita muda-mudi yang bersuka cita. Di dalamnya menceritakan kisah remaja yang suka bergaul dan penuh dengan romansa asmara. Meski demikian, korehan memuat nasihat dan amanat dalam setiap ceritanya.

Maestro Sulawesi Tengah, Ina Tobani yang Langgengkan Pakaian Adat dari Kulit Kayu Pohon Beringin

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Menghasilkan Dampak Sosial lewat Aktivitas Bisnis, Apa Kuncinya?

images info

Pada saat ini, kegiatan bisnis yang dijalankan oleh sebuah perusahan tidak hanya terpaku pada keuntungan saja. Sebuah perusahaan juga mesti bisa memberikan dampak sosial bagi sekitarnya, baik untuk masyarakat, lingkungan, dan sejenisnya.

Kesadaran inilah yang memunculkan berbagai program CSR atau Corporate Social Responsibility dalam setiap perusahaan. Program CSR ini menjadi bentuk tanggung jawab sebuah perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya atas setiap kegiatan operasional yang sudah dilakukan.

Dalam praktiknya, program-program CSR ini bisa diimplementasikan ke dalam berbagai macam bentuk kegiatan. Setiap kegiatan CSR ini nantinya mesti bisa dijalankan secara transparan dan sesuai dengan ketentuan etis yang ada.

Namun tahukah Kawan bahwa dampak yang bisa diberikan oleh sebuah perusahaan tidak hanya terbatas pada program-program CSR saja? Ternyata sebuah perusahaan juga bisa memberikan dampak sosial secara luas lewat aktivitas bisnis yang mereka jalankan.

Hal ini sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Rengkuh Banyu Mahandaru dalam acara GoodTalk Off-air pada Jumat, 21 Januari 2025. Tidak hanya itu, Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2024 ini juga membagikan kunci yang bisa dijalankan oleh sebuah perusahaan untuk menghasilkan dampak secara luas dalam acara yang digelar oleh Good News From Indonesia tersebut.

Lalu bagaimana sebuah perusahaan bisa memberikan dampak sosial secara luas lewat kegiatan bisnis yang mereka jalankan? Simak penjelasan lengkapnya terkait informasi ini dalam artikel berikut.

Memberikan Dampak Sosial lewat Kegiatan Bisnis

Dalam acara GoodTalk Off-air, Rengkuh Banyu Mahandaru menceritakan pengalamannya mengelola perusahaan yang dia inisiasi, yakni Plepah. Bersama perusahaan tersebut, Rengkung menjalankan aktivitas bisnis yang sejalan dengan dampak yang bisa diberikan kepada masyarakat luas.

Rengkuh menjelaskan bahwa dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan Plepah turut aktif bersama masyarakat untuk peduli dengan isu-isu lingkungan. Tidak hanya itu, Rengkuh beserta tim di Plepah juga turut berkontribusi untuk membaca serta mencari solusi atas berbagai macam persoalan yang tengah terjadi di tengah masyarakat.

“Kami tidak berbicara para produk, tetapi mempelajari lebih jauh bagaimana permasalahan itu muncul, dari sektor sosialnya, perekonomiannya, dan juga sektor pendukung lainnya,” ucap Rengkuh. Salah satu contoh partisipasi Plepah dalam melihat persoalan yang tengah terjadi adalah ketika sampah plastik menjadi permasalahan yang dialami oleh masyarakat Jakarta.

Keberadaan sampah plastik, khususnya wadah makanan memang menjadi salah satu persoalan yang terjadi hingga saat ini. Keberadaan sampah plastik ini tentu bisa memberikan dampak buruk bagi lingkungan jika tidak ditanggulangi secara baik.

Dari permasalahan yang terjadi ini, Rengkuh bersama timnya mulai merumuskan langkah-langkah solutif yang digunakan untuk mengatasi persoalan tersebut. Dengan demikian akan ditemukan jalan keluar yang bisa diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan yang tengah terjadi di masyarakat.

“Dari situ kita mulai “menabung” masalah, bagaimana kita bisa membangun pendekatan-pendekatan atas permasalahan ini menjadi solusi,” jelasnya.

Kolaborasi Menjadi Kunci

Keberhasilan program yang memberikan dampak bagi masyarakat tidak lepas dari adanya kolaborasi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dengan berbagai pihak. Kolaborasi ini juga termasuk pada kerja sama dengan masyarakat untuk menunjang keberlangsungan program yang sudah direncanakan.

Rengkuh menjelaskan bahwa bentuk kolaborasi dengan masyarakat ini bisa memberikan dampak sosial yang luas di Plepah. Misalnya Plepah bisa memberikan dampak sosial berupa penyediaan lapangan pekerjaan hingga memberikan nilai tambah dari limbah.

Tidak hanya itu, Plepah juga menghadirkan berbagai produk dengan packaging yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Berbagai hasil kolaborasi yang dihasilkan ini tentunya bisa memberikan dampak sosial bagi lingkungan sekitar lewat aktivitas bisnis yang dijalankan oleh sebuah perusahaan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Pembangunan Teramat Pesat, Bagaimana Bali Bertahan di Tengah Ledakan Wisatawan?

images info

Bali, pulau yang dikenal dengan julukan “Pulau Dewata”, telah lama menjadi destinasi favorit bagi wisatawan domestik maupun internasional.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Bali menghadapi tantangan pembangunan pariwisata dan kunjungan turis.

Setelah pariwisata dibuka kembali pasca pandemi, Bali mulai pulih dan kembali mencatatkan angka kunjungan yang positif, meskipun belum sepenuhnya kembali seperti sebelum pandemi.

“Bali mengalami minus 9,3% dari pendapatan nasional saat pandemi. Namun, begitu border dibuka, perkunjungan wisata mulai bangkit dan Bali sudah mulai pulih,” ujar I Made Mendra Astawa, pengamat pariwisata Bali yang juga menjadi Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata Bali (Forkomdewi) kepada GNFI.

Meskipun demikian, perkembangan pariwisata yang pesat membawa tantangan baru, terutama dalam hal pengelolaan kepadatan wisatawan di beberapa lokasi utama seperti Kuta, Seminyak, dan Ubud.

Dunia Terancam Mengalami Overtourism pada 2024, Bagaimana dengan Indonesia?

Overtourism atau Overdevelopment?

Menanggapi isu overtourism, Mendra menegaskan bahwa Bali sebenarnya tidak mengalami overtourism, melainkan lebih kepada overdevelopment.

“Bali sebenarnya tidak mengalami overtourism, tapi lebih ke overdevelopment. Pariwisata terus berkembang pesat, tapi tidak dibarengi dengan perencanaan pembangunan yang matang. Akibatnya, terjadi penumpukan wisatawan di daerah-daerah tertentu, sementara daerah lain belum mendapat manfaat yang sama,” jelasnya.

Pembangunan infrastruktur, perhotelan, dan industri hiburan yang masif, terutama di wilayah-wilayah seperti Canggu, sering kali tidak mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan sosial masyarakat setempat.

“Investor datang dengan membawa model-model baru seperti hiburan malam yang sangat berkembang di Canggu. Kami dari pihak lokal tidak bisa banyak berbuat karena banyaknya aturan yang ada di pusat,” lanjutnya.

Fenomena ini menunjukkan bahwa tantangan utama Bali bukan hanya jumlah wisatawan yang berlebihan, tetapi bagaimana mengelola pembangunan agar tetap seimbang dan berkelanjutan.

Bali Kian Harum dengan Pusat Flavor dan Fragrance untuk Hilirisasi Minyak Atsiri

Menyebarkan Pariwisata Lebih Merata

Untuk mengurangi kepadatan di kawasan wisata utama seperti Canggu, Seminyak, dan Ubud, diperlukan upaya serius dalam mendorong wisatawan agar menjelajahi daerah lain di Bali.

Misalnya, Bali Timur dengan Kabupaten Karangasem memiliki Amed yang menawarkan keindahan alam dan budaya yang masih asli, dengan pantai-pantai eksotis serta situs sejarah yang menarik.

Di sisi lain, Bali Utara, seperti Munduk dan Lovina, menyuguhkan pengalaman wisata yang lebih tenang dengan pesona air terjun, kebun kopi, serta atraksi lumba-lumba di perairan yang lebih sepi dibandingkan pantai selatan.

Sementara itu, Bali Barat dengan Jembrana dan Pulau Menjangan menyimpan potensi wisata alam yang luar biasa, mulai dari ekowisata hingga penyelaman kelas dunia di Taman Nasional Bali Barat.

Selain itu, tiga pulau kecil di tenggara Bali; Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan, juga semakin populer sebagai destinasi alternatif yang menawarkan pantai-pantai spektakuler serta keindahan bawah laut yang masih alami.

Dengan pemerataan pembangunan dan promosi yang lebih merata, destinasi-destinasi ini dapat menjadi solusi untuk menghindari kepadatan di kawasan yang sudah terlalu ramai, sekaligus menciptakan dampak ekonomi yang lebih luas bagi masyarakat lokal.

Mendra menekankan pentingnya menyebarkan wisata ke daerah-daerah ini agar manfaat ekonomi lebih merata.

“Pemerintah sudah gentong melakukan promosi bersama mengajak pariwisata, ayo bagi kue-kue ini misalnya bawa ke timur ke daerah Gianyar dan Klungkung, dan tentu dari Singaraja, Negara, Tabanan mendapatkan rasa dari ‘kue tart’ atau resort itu sendiri,” ujarnya.

Dengan demikian, tidak hanya wilayah selatan yang berkembang, tetapi seluruh Bali dapat menikmati pertumbuhan pariwisata secara berkelanjutan.

Bubur Mengguh, Makanan Tradisional dari Bali yang Dulunya Disajikan Saat Upacara Adat

Mengembangkan Desa Wisata untuk Penyebaran Kunjungan

Selain itu, Mendra juga mengatakan salah satu solusi yang bisa diterapkan dan tengah dikembangkan adalah memperkuat konsep desa wisata.

Saat ini, Bali memiliki 240 desa wisata yang diharapkan dapat mendistribusikan arus wisatawan ke berbagai daerah di luar kawasan yang sudah padat seperti Kuta dan Seminyak.

“Desa wisata Bali sudah terbukti menjadi daya tarik wisatawan yang ingin lebih dekat dengan budaya lokal. Beberapa desa di Bali bahkan memenangkan penghargaan tingkat ASEAN dan internasional,” ungkap Mendra.

Dengan berkembangnya desa wisata, wisatawan dapat memperoleh pengalaman yang lebih autentik dengan budaya Bali, sementara masyarakat lokal juga mendapat manfaat ekonomi secara lebih langsung.

Menengok Harmoni Alam yang Berpadu Sentuhan Modern di Desa Pererenan Bali

Menemukan Keseimbangan antara Pariwisata dan Pembangunan

Dengan segala tantangan dan perubahan yang terjadi, Mendra tetap optimis bahwa Bali akan terus menjadi destinasi unggulan dunia.

Ia menegaskan pentingnya menjaga keunikan budaya Bali dan memperjuangkan regulasi yang mendukung keseimbangan antara investasi, pelestarian lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat lokal.

“Berikan Bali sebagai otonomi khusus di dalam mengembangkan pariwisata sehingga Bali ini bisa terjaga keasliannya oleh orang Bali, bukan seperti sekarang ini di mana investor-investor asing tidak bisa kami atur karena aturan pusat,” tambahnya.

Dengan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan, mulai dari masyarakat, pemerintah, hingga pelaku industri pariwisata, Bali diharapkan tetap menjadi mercusuar pariwisata Indonesia yang berkelanjutan, mempertahankan budayanya yang unik, serta membawa kesejahteraan bagi masyarakat lokal.

Mau Menikmati Pengalaman Baru Menjelajah Banyuwangi, Bali Barat, dan Bali Utara? Ayo Coba Paket Wisata 3B dari Kemenparekraf!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Perang Ketupat di Tempilang, Tradisi Berbau Seni yang Jadi Ajang Silaturahmi

images info

Entah ada berapa ribu tradisi yang ada di Indonesia. Dari ujung barat hingga timur, ada berbagai macam tradisi yang mencerminkan kekayaan budaya, sejarah, dan cerita unik tiap daerahnya.

Masing-masing tempat dihuni oleh suku, agama, dan kelompok masyarakat yang berbeda. Mereka memiliki cara tersendiri untuk melestarikan tradisi tertentu yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu.

Warisan budaya yang tak ternilai harganya tersebut menjadi salah satu kekayaan yang harus dilestarikan. Sangat disayangkan jika identitas khas setiap daerah hilang tergerus zaman apabila tidak dilestarikan dengan baik.

Kawan GNFI, salah satu tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini adalah Perang Ketupat. Tradisi tersebut masih sangat umum ditemukan di Desa Tempilang, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung.

Perang Ketupat digadang-gadang sudah ada sejak tahun 1.800-an dan masih dilakukan hingga saat ini. Uniknya, dalam pelaksanaan tradisi ini, puluhan pria dan wanita akan berkumpul di tengah lapangan, dan mereka akan saling berebut serta melempar ketupat.

Menariknya, Perang Ketupat sudah diakui secara resmi sebagai Warisan Budaya Tak Benda yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di tahun 2014 silam. Tidak hanya itu, tradisi ini juga sukses menggondol Sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Kementerian Hukum dan HAM di tahun 2023.

Tradisi Pengusir Bala

Perang Ketupat rutin dilaksanakan satu tahun sekali, tepatnya pada minggu ketiga di bulan Syakban. Tradisi ini bertujuan untuk meminta keselamatan dan perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Dahulu, perang ini dilakukan sebagai bentuk persembahan bagi penguasa laut dan darat. Namun, seiring berkembangnya zaman dan masuknya pengaruh Islam, tradisi ini berangsur-angsur berubah, baik dari segi tujuan maupun ritualnya.

Tradisi ini bergeser dan memadukan unsur agama Islam dan budaya lokal. Ini ditandai dengan adanya tahlilan dan doa bersama. Sementara itu, unsur budaya yang masih dilakukan adalah ritual perang ketupat.

Terdapat prosesi nganyot perae atau menghanyutkan perahu yang bermakna memulangkan makhluk halus yang datang di Tempilang agar tidak mengganggu warga setempat. Ada juga prosesi ngancak, yakni pemberian makanan kepada makhluk halus yang dipercayai bermukim di laut, agar mereka tidak mengganggu aktivitas nelayan saat melaut.

Selain itu, terdapat prosesi penimbongan. Prosesi ini bermakna memberikan makanan kepada makhluk halus yang bermukin di darat agar tidak mengganggu masyarakat.

Kawan, “pemberian makan” kepada makhluk halus ini dilakukan lewat sesaji. Sesaji itu dimaknai satu kekeluargaan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga muncullah kehidupan bersama yang saling berdampingan. Unik, bukan?

Dijuluki Kampung Zombie, Pemukiman di Tengah Kota Jakarta yang Ditinggal Pemiliknya akibat Hal Ini

Jadi Ajang Silaturahmi Antarwarga

Perang Ketupat adalah sebuah warisan budaya asli dari Bangka Barat. Ritual ini dilakukan sebagai sarana untuk berkumpul kembali dan bersilaturahmi, mempererat tali persaudaraan antarwarga desa Tempilang.

Dikutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Perang Ketupat memiliki makna yang sangat mendalam. Ketupat sendiri bermakna persatuan, kesatuan, kesadaran dan gotong royong.

Usut punya usut, ketupat dipilih karena memiliki arti dan makna yang sangat mendalam. Hal tersebut dijelaskan oleh Keman, Maestro kondang yang sudah berdedikasi untuk mengembangkan dan melestarikan Perang Ketupat.

Lelaki kelahiran Tempilang, 6 Juni 1965 ini menjelaskan, kata “ketupat” memiliki akronim yang menarik. Ia menyebut bahwa huruf K dalam “ketupat” bermakna kehidupan.

Sementara itu, E berarti etika, T merujuk ke tauhid, U bermakna umat, P artinya perilaku, A untuk agamis, dan T bermakna tradisi. Ia menjelaskan, makna-makna mendalam ini yang harus ditanamkan kepada generasi muda setempat.

Nah, inilah yang harus kita tanam, kalau bisa dari anak-anak sejak dini,” ungkapnya dalam sebuah video Rekam Maestro, yang diselenggarakan oleh GNFI dan Kemdikbud pada 2024 lalu.

Tradisi seni yang dikemas dengan acara yang meriah ini juga menjadi ajang berkumpul menjelang bulan Ramadan. Anak-anak muda di Tempilang juga tampak masih sangat bersemangat untuk melestarikan budaya ini.

Kawan, Keman juga berjasa untuk mengenalkan kebudayaan kepada generasi muda lewat perguruan silat dan tari. Ia mengajak anak muda untuk berprestasi lewat perguruan silat dan terus mengembangkan seni tari di daerahnya.

“Harapan kita anak mudanya nanti jangan tidak berkembang, harus berkembang terus. Jangan sampai tidak tahu bahwa adat kita bagaimana, karena semuanya sudah punya adat,” tukasnya.

Alasan Mengapa Lapis Legit Jadi Kudapan yang Selalu Ada Saat Imlek

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Posted on Leave a comment

KUBET – Mufakat, Jurus Dompet Dhuafa untuk Bantu Korban Pinjol

images info

Dompet Dhuafa punya program yang menjadi “jurus” mereka untuk membantu para korban pinjaman online alias pinjol. Namanya Mufakat.

Mufakat adalah program dari Dompet Dhuafa berupa pemberian pinjaman modal usaha tanpa bunga. Program ini sekaligus jadi cara untuk membantu para korban pinjol untuk memulihkan perekonomiannya.

“Yaitu pemberian modal usaha dengan  pinjaman tanpa bunga bagi mustahik yang ingin mengembangkan usahanya agar lebih berdaya. Itu kita buatkan program khusus namanya Mufakat pada 2024.” ujar Ketua Yayasan Dompet Dhuafa, Ahmad Juwaini, dalam acara public expose yang diselenggarakan di Jakarta, Kamis (23/1/2025) lalu.

Untuk menjalankan Mufakat beserta aneka program lainnya, Dompet Dhuafa mengandalkan berbagai sumber pendanaan, mulai dari zakat, infak, hingga wakaf. Pada 2024, lebih dari Rp 379 miliar dana berhasil dihimpun.

Dengan dana tersebut beserta saldo dari tahun sebelumnya, Dompet Dhuafa menggelontorkan lebih dari Rp 418 miliar untuk membiayai berbagai program. Khusus untuk program ekonomi seperti mufakat, dana yang digunakan lebih dari Rp 34 miliar.

Tabel KUR BRI 2025 beserta Syarat dan Ketentuan Lengkap untuk Mengajukan Pinjaman

Dompet Dhuafa merespons pinjol

Menurut Ahmad Juwaini, Mufakat memang jadi langkah Dompet Dhuafa dalam merespons isu pinjol. Sebagaimana diketahui, pinjol memang tengah menjadi sorotan lantaran banyak menjerat masyarakat dengan iming-iming uang instan. Terlebih, banyak pinjol tidak berizin alias ilegal yang kerap memasang bunga tinggi.

Menjalankan program Mufakat pun tidak jadi satu-satunya langkah Dompet Dhuafa dalam merespons isu pinjol. Demi mengerem efek buruk pinjol kepada masyarakat, lembaga filantropi yang didirikan pada 1994 itu akan bergerak lebih masif lagi dengan melibatkan banyak pihak.

“Buman hanya dengan yang kami lakukan, kami akan mengajak lembaga-lembag keuangan sekaligus kebijakan di level nasional untuk lebih concern (tentang) bagaimana menangani pinjol ini. Katakanlah mau dibuat panduan yang lebih clear kepada masyarakat agar tidak terjerumus melalukan tindakan kepada pinjol.” lanjut Ahmad Juwaini.

Dompet Dhuafa menilai saat ini Indonesia butuh regulasi khusus untuk membatasi ruang gerak pinjol di masyarakat.

“Dari Otoritas Jasa Keuangan mungkin bisa dibuatkan aturan-aturan sehingga pinjol itu semakin berkurang bentuknya. Dalam arti pembiayaan itu ada, tetapi model pinkolnya dikurangi dan kalau bisa tidak lagi muncul sebagai sesuatu yang berperan di tengah masyarakat.” pungkas Ahmad Juwaini.

Pajak Kekayaan, Solusi Jitu untuk Masalah Ketimpangan di Indonesia

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News