Untuk pertama kalinya sejak 2010, Singapura dinobatkan sebagai negara paling bebas korupsi di kawasan Asia-Pasifik, menurut Indeks Persepsi Korupsi (CPI) 2024 yang dirilis oleh Transparency International pada 11 Februari.
Secara global, Singapura naik dua peringkat ke posisi ketiga sebagai salah satu negara dengan tingkat korupsi terendah di dunia, mengungguli Selandia Baru yang telah mendominasi peringkat teratas di kawasan ini selama 14 tahun terakhir. Kota ini juga tetap menjadi satu-satunya negara Asia yang secara konsisten berada di peringkat 10 besar sejak indeks ini pertama kali diterbitkan pada 1995.
Dalam beberapa tahun terakhir, peringkat Singapura mengalami fluktuasi—mencapai posisi tertinggi di peringkat ketiga pada 2018 dan 2020, tetapi turun ke peringkat kelima pada 2022 dan 2023. Tahun ini, Singapura memperoleh skor 84 dari 100, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, meskipun masih di bawah rekor tertingginya sebesar 87 yang dicapai pada 2012.
10 Negara Paling Bebas Korupsi di Asia-Pasifik Tahun 2024
Peringkat
Negara/Wilayah
Skor
1
Singapura
84
2
Selandia Baru
83
3
Australia
77
4
Hong Kong
74
5
Bhutan
72
6
Jepang
71
7
Uni Emirat Arab
68
8
Taiwan
67
9
Israel
64
9
Korea Selatan
59
10
Qatar
59
10
Arab Saudi
59
Komitmen Singapura terhadap Tata Kelola Bersih
Dalam siaran pers pada 11 Februari, Biro Investigasi Praktik Korupsi (CPIB) menegaskan kembali bahwa reputasi Singapura sebagai salah satu negara paling bersih dari korupsi adalah hasil dari komitmen kuat masyarakatnya dalam menolak korupsi dan melaporkan pelanggaran. Konsistensi ini tercermin dalam rendahnya jumlah kasus korupsi di sektor publik.
Selain unggul dalam Indeks Persepsi Korupsi, Singapura juga mempertahankan posisinya sebagai negara paling bebas korupsi di Asia, Amerika Serikat, dan Australia selama 30 tahun terakhir, menurut laporan Political and Economic Risk Consultancy 2024.
Secara global, Singapura menempati peringkat ketiga dan terus menjadi pemimpin di Asia dalam Indeks Aturan Hukum 2024 yang dirilis oleh World Justice Project.
Peringkat Korupsi: Demokrasi vs. Otoritarianisme
Indeks Persepsi Korupsi (CPI) menilai 180 negara dan wilayah berdasarkan tingkat korupsi di sektor publik, menggunakan skala dari 0 (sangat korup) hingga 100 (sangat bersih). Penilaian tahun 2024 didasarkan pada 13 sumber ahli dan survei bisnis.
Laporan ini juga menyoroti perbedaan mencolok antara negara dengan institusi yang kuat dan pemilu yang adil, yang memiliki skor rata-rata 73, dibandingkan dengan demokrasi yang lemah (47) dan rezim otoriter (33).
10 Negara Paling Bebas Korupsi di Dunia Tahun 2024
Peringkat
Negara/Wilayah
Skor
1
Denmark
90
2
Finlandia
88
3
Singapura
84
4
Selandia Baru
83
5
Luksemburg
81
6
Norwegia
81
7
Swiss
81
8
Swedia
80
9
Belanda
78
10
Australia
77
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Persaingan antara motor berbahan bakar bensin dan listrik memasuki babak baru dengan inovasi terbaru dari Kawasaki. Pabrikan Jepang ini memperkenalkan Ninja H2 HySE, sebuah superbike revolusioner yang menggabungkan teknologi sel bahan bakar hidrogen dengan motor listrik.
Kombinasi canggih ini tidak hanya menghasilkan performa luar biasa, tetapi juga menghadirkan solusi yang lebih ramah lingkungan. Dengan terobosan ini, Kawasaki membuka jalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan bagi motor berkecepatan tinggi.
Kecepatan, Performa, Tanpa Emisi
Credit: Kawasaki
Di balik performa luar biasa Ninja H2 HySE terdapat sistem hybrid inovatif yang menggabungkan sel bahan bakar hidrogen, baterai lithium-ion, dan motor listrik. Alih-alih menggunakan mesin konvensional, sistem ini mengubah hidrogen menjadi listrik untuk menggerakkan motor, memberikan akselerasi instan tanpa emisi.
Dengan tenaga 134 hp, superbike ini mampu melesat dari 0-100 km/jam dalam 3 detik dan mencapai kecepatan lebih dari 160 km/jam, sambil tetap mempertahankan bobot ringan di bawah 227 kg. Tangki hidrogen 3,5 liter-nya memberikan jarak tempuh hingga 150 km, dengan proses pengisian bahan bakar yang cepat dan praktis.
Teknologi ini semakin canggih dengan sistem pengereman regeneratif yang menangkap energi kinetik untuk mengisi ulang baterai, serta sensor pengangkat roda belakang yang memastikan pengereman tetap mulus dan stabil. Seiring berkembangnya infrastruktur hidrogen, Kawasaki melihat sistem tenaga ini sebagai solusi berkelanjutan bagi tantangan kendaraan roda dua di masa depan.
Lebih dari sekadar inovasi, Ninja H2 HySE menandai era baru dalam transportasi roda dua—memadukan tenaga, efisiensi, dan keberlanjutan dalam satu paket yang melampaui keterbatasan motor listrik saat ini.
Desain Superbike Futuristik
Credit: Kawasaki
Terinspirasi dari seri H2 Kawasaki yang terkenal, Ninja H2 HySE hadir dengan desain aerodinamis yang mengutamakan stabilitas dalam kecepatan tinggi. Rangka teralis terbuka, fairing depan yang landai, serta stang clip-on rendah memberikan tampilan agresif yang siap melaju di lintasan balap.
Dilengkapi dengan pencahayaan LED dan fitur futuristik seperti spion dengan lampu sein terintegrasi serta kamera pengganti kaca spion tradisional, HySE menggabungkan estetika dan fungsionalitas. Di bagian belakang, desain lampu ganda memberikan tampilan ramping, sementara kompartemen khusus di bawahnya tidak hanya untuk menyimpan barang, tetapi juga tangki hidrogen tambahan.
Credit: Kawasaki
Di dalam kokpit, layar TFT full-color menampilkan informasi berkendara secara real-time, sementara sasis semi-terbuka mendukung bobot ringan dan kecepatan tinggi. Dengan berat di bawah 227 kg, motor ini tetap lincah berkat rangka ringan dan swingarm yang kokoh.
Fitur canggih seperti Inertial Measurement Unit (IMU) 6-sumbu, kontrol traksi berteknologi tinggi, ABS saat menikung, serta suspensi semi-aktif memastikan handling optimal dan stabilitas dalam berbagai kondisi jalan.
Meskipun masih dalam tahap konsep, Kawasaki menegaskan bahwa performa adalah fokus utama dari HySE, bukan sekadar eksperimen ramah lingkungan. Dengan torsi yang halus dan akselerasi cepat, motor ini menawarkan pengalaman berkendara yang mengasyikkan tanpa mengorbankan efisiensi energi.
Ninja H2 HySE memberikan gambaran nyata tentang masa depan dunia otomotif, di mana motor bertenaga hidrogen dapat bersaing dengan motor bensin—menghadirkan performa tinggi tanpa emisi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Singapura kembali menegaskan dominasinya sebagai kota terbaik di kawasan Asia-Pasifik, menduduki peringkat teratas sebagai tempat paling diinginkan untuk tinggal, dikunjungi, dan bekerja menurut studi terbaru. Dalam peringkat tahunan World’s Best Cities 2025 oleh Resonance, Singapura bahkan berhasil menempati posisi kelima secara global.
Laporan perdana Asia-Pacific’s Best Cities 2025 mengevaluasi lebih dari 140 kota berdasarkan tiga aspek utama: liveability (kelayakan hidup), lovability (kecintaan terhadap kota), dan prosperity (kemakmuran). Studi ini melibatkan lebih dari 7.000 responden dari sembilan negara di Asia-Pasifik serta mempertimbangkan data objektif seperti rasio harga terhadap pendapatan, luas area hijau, serta tren pencarian wisatawan dan ulasan perjalanan.
Hasil penelitian ini diumumkan pada 12 Februari dalam kuliah umum bertajuk What Makes Cities Liveable and Loveable yang diselenggarakan oleh Centre for Liveable Cities (CLC) di Singapura. Studi ini merupakan kolaborasi antara firma konsultasi manajemen global Resonance dan perusahaan riset pasar Ipsos.
10 Kota Terbaik Asia-Pasifik 2025
Singapura
Tokyo
Seoul
Hong Kong
Beijing
Bangkok
Sydney
Shanghai
Melbourne
Kuala Lumpur
Singapura tidak hanya unggul dalam daya tariknya, tetapi juga dalam aspek ekonomi. Kota ini menempati peringkat pertama dalam kategori kemakmuran berkat tingginya konsentrasi perusahaan Fortune Global 500 dan tingkat pengangguran yang rendah.
Dalam kategori kelayakan hidup dan kecintaan terhadap kota, Singapura berada di posisi kedua setelah Tokyo. Menariknya, meskipun secara metrik Singapura menempati peringkat ke-28 dalam kelayakan hidup, persepsi publik yang sangat positif mendorongnya ke posisi kedua secara keseluruhan dalam kategori ini.
Namun, sebagai kota paling diinginkan di Asia-Pasifik, Singapura menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan daya tariknya di tengah tekanan urbanisasi.
Laporan ini menyoroti komitmen Singapura terhadap keberlanjutan, dengan 40% dari total lahannya dialokasikan untuk ruang hijau. Kota ini terus berinovasi dalam konsep hunian berkelanjutan, termasuk pengembangan distrik pintar serta proyek yang mengintegrasikan tempat tinggal, pendidikan, dan rekreasi, seperti Park Connector Network.
Kota-Kota Terbaik di Asia Tenggara 2025
Selain Singapura, kota-kota lain di Asia Tenggara juga mencatat pencapaian signifikan dalam daftar ini. Bangkok, Thailand, berada di peringkat keenam, didukung oleh investasi besar dalam jaringan kereta cepat dan proyek pembaruan perkotaan yang semakin memperkuat posisinya sebagai gerbang utama kawasan ini.
Sementara itu, Kuala Lumpur, Malaysia, menonjol dengan perpaduan tradisi dan modernitas yang dinamis. Kota ini menempati peringkat ke-4 dalam partisipasi angkatan kerja dan ke-12 dalam kategori kekayaan.
Pertumbuhan ekonominya didorong oleh pusat komersial seperti KL Sentral dan Bangsar South, serta proyek ikonik seperti Merdeka 118—gedung pencakar langit tertinggi kedua di dunia.
Tak hanya sebagai pusat bisnis, Kuala Lumpur juga merayakan warisan budayanya yang kaya. Kota ini menggabungkan pengaruh Melayu, Tionghoa, dan India, menawarkan pengalaman kuliner yang beragam—mulai dari makanan kaki lima seperti nasi lemak dan char kway teow hingga restoran kelas dunia.
Inisiatif revitalisasi seperti proyek River of Life serta ekspansi Bandara Internasional Kuala Lumpur mencerminkan ambisi kota ini untuk terus berkembang di masa depan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Obesitas merupakan masalah global yang mengancam kesehatan masyarakat termasuk di Indonesia. Di Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terjadi peningkatan obesitas yang cukup signifikan, dari 8% di tahun 2007 menjadi 21,8% di tahun 2018.
Obesitas dapat dicegah dengan menjalani pola hidup sehat sejak dini, dengan mencermati pola konsumsi Gula Garam dan Lemak (GGL), baca label kemasan pada kemasan pangan olahan dan latihan fisik secara rutin.
Oleh karenanya, bertepatan dengan Hari Obesitas Sedunia pada hari ini, Nutrifood bersama dengan Kementerian Kesehatan RI dan Badan POM mengajak masyarakat meningkatkan literasi nilai gizi pada makanan kemasan dan memahami bahan tambahan pangan pada makanan untuk cegah obesitas.
Susana, Head of Strategic Marketing Nutrifood mengatakan, “Tahun ini Hari Obesitas Sedunia 2025 bertemakan “Changing Systems, Healthier Lives” dimana kampanye ini mengajak semua pihak untuk bersama-sama memperhatikan sistem yang memengaruhi obesitas serta mengupayakan penanggulangan obesitas.
“Sistem terkecil dalam masyarakat adalah keluarga, dimana pemahaman atau literasi terhadap nilai gizi harus dimiliki oleh para keluarga termasuk dimulai dari diri sendiri setiap anggotanya Melalui edukasi, diharapkan keluarga memiliki pemahaman terhadap kandungan nilai gizi dari makanan yang dikonsumsi termasuk kandungan Gula, Garam dan Lemak serta Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang digunakan,” ujarnya.
Nutrifood sendiri telah memimpin kampanye #BatasiGGL dan mendapatkan dukungan dari Kementerian Kesehatan RI dan Badan POM RI sejak 2013, untuk memberikan edukasi mengenai pentingnya membatasi konsumsi gula, garam, lemak dan membaca label kemasan agar orang semakin banyak orang terhindar dari risiko obesitas yang bisa menyebabkan prediabetes, diabetes dan penyakit tidak menular lainnya.
Pengendalian Obesitas di Indonesia
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi menekankan bahwa obesitas tidak hanya berdampak pada kesehatan secara fisik tapi juga pada masalah sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah sangat mendukung kolaborasi berbagai pihak dalam menanggulangi kasus obesitas di Indonesia, termasuk sektor swasta seperti Nutrifood.
“Inisiatif edukasi ini sangat penting, karena literasi gizi merupakan langkah awal dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya obesitas. Selain itu, pemerintah juga telah mengambil langkah konkret, di antaranya menerbitkan Panduan Pelaksanaan Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas (GENTAS) tahun 2017 dan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) tentang Pencantuman Informasi Gula, Garam, dan Lemak di Pangan Olahan & Siap Saji,” papar Nadia.
Lebih lanjut, Nadia mengungkapkan bahwa pengendalian obesitas dapat berjalan efektif jika kebijakan pemerintah didukung oleh partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat dapat memanfaatkan berbagai fasilitas yang telah disediakan pemerintah untuk mendukung gaya hidup sehat.
“Kami juga mengimbau masyarakat untuk mengikuti pola hidup sehat yang dikenal dengan konsep CERDIK, yang mencakup enam langkah, yaitu Cek kesehatan secara teratur, Enyahkan asap rokok, Rajin berolahraga, Diet seimbang dengan menerapkan konsep Isi Piringku, Istirahat yang cukup, dan Kelola stres dengan baik. Dengan menerapkan pola hidup CERDIK, masyarakat Indonesia dapat mencapai kualitas kesehatan yang lebih baik serta mengurangi risiko obesitas,” paparnya.
Dwiana Andayani, Direktur Standardisasi Pangan Olahan, Badan POM RI mengajak masyarakat untuk memahami pentingnya membaca label kemasan dengan cermat, terutama terkait kandungan gula, garam, dan lemak dalam pangan olahan.
“Badan POM telah menetapkan regulasi yang mewajibkan pencantuman informasi nilai gizi pada kemasan produk. Masyarakat diimbau untuk selalu memperhatikan Informasi Nilai Gizi (ING) yang mencantumkan jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi utama seperti lemak, lemak jenuh, protein, dan karbohidrat (termasuk gula), serta persentase Angka Kecukupan Gizi (AKG) per sajian. Selain itu, label Front-of-Pack Nutrition Labelling dan pesan kesehatan pada kemasan dapat membantu konsumen dalam memilih produk yang lebih sehat,” kata Dwiana.
Sebagaimana ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI, idealnya dalam sehari masyarakat dapat mengonsumsi gula tidak lebih dari 50 gram (setara 4 sendok makan), garam tidak lebih dari 5 gram (setara 1 sendok teh), dan lemak tidak lebih dari 67 gram (setara 5 sendok makan).
Sebagai upaya untuk mengetahui asupan gula, garam, dan lemak dari pangan olahan kemasan, masyarakat diajak untuk lebih cermat dalam membaca label gizi kemasan pangan olahan yang dikonsumsi, dengan memperhatikan empat informasi nilai gizi dalam label kemasan. Yaitu jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi (lemak, lemak jenuh, protein, karbohidrat (termasuk gula), dan persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) per sajian.
“Dalam rangka upaya promotif dan preventif dalam penanggulangan Penyakit Tidak Menular (PTM), penerapan Prinsip Gizi Seimbang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, biasakan membaca Informasi Nilai Gizi sebelum membeli produk makanan atau minuman yang sesuai dengan kebutuhan gizi kita. Cermati dan batasi konsumsi gula, garam dan lemak sehari sesuai dengan anjuran dalam pesan kesehatan,” jelas Dwiana.
Kegunaan bahan tambahan pangan
Secara khusus mengenai bahan tambahan pangan, Direktur of Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center, IPB, Puspo Edi Giriwono menjelaskan bahwa keamanan merupakan prasyarat penggunaan bahan tambahan pangan dan bahan tersebut berfungsi menciptakan produk yang lebih sehat, praktis dan nikmat, dan juga lebih aman.
“Kajian keamanan bahan tambahan pangan dilakukan melalui analisis risiko dalam membantu menentukan batas atau dosis penggunaannya. Pendekatan kajian risiko tersebut meliputi hasil studi toksikologi yang mencakup ”Dose Response” sepanjang hidup model hewannya. Dari hasil ini kajian tersebut, dapat menentukan batasan Acceptable Daily Intake (ADI) yang dijamin keamanannya untuk konsumsi seumur hidup konsumen,” kata Puspo.
Pendekatan kajian risiko ini, lanjut Puspo merupakan pendekatan baru dalam membantu pengaturan penggunaan bahan tambahan pangan yang bisa digunakan sehingga penggunaannya tidak sia-sia, aman dan melindungi konsumen. Penggunaan BTP yang tepat dapat meningkatkan daya saing produk bagi dunia industri yang akan meningkatkan daya saing bangsa di pasar global.
Dapat disimpulkan, bahan tambahan pangan boleh digunakan dengan mengikuti aturan yang telah ditetapkan yang berlandaskan kajian ilmiah yang kokoh, sehingga aman dikonsumsi dan tidak perlu khawatir saat mengonsumsi makanan kemasan yang memiliki bahan tambahan pangan.
Tahukah Kawan bahwa di daerah Mandailing, Sumatra Utara terdapat salah satu makanan tradisional yang menjadi pilihan menu takjil saat Ramadan? Makanan tradisional khas Mandailing Natal tersebut bernama pakat.
Pakat menjadi salah satu makanan tradisional yang unik dan berbeda dengan kuliner lainnya. Keunikan dari makanan tradisional tersebut terletak pada bahan dasar pembuatannya.
Lantas bagaimana penjelasan lebih lanjut terkait keunikan dari makanan tradisional pakat tersebut? Temukan jawabannya dalam ulasan artikel berikut ini.
Pakat, Makanan Tradisional yang Terbuat dari Rotan Muda
Seperti yang sudah dituliskan pada awal artikel, pakat merupakan salah satu makanan khas yang berasal dari masyarakat Mandailing. Biasanya makanan ini bisa Kawan jumpai di daerah Mandailing Natal dan Tapanuli Selatan.
Meskipun demikian, Kawan tetap bisa menjumpai makanan tradisional ini di daerah lain yang ada di Sumatra Utara. Akan tetapi, pakat hanya bisa dijumpai pada momen tertentu saja, khususnya saat Ramadan tiba.
Salah satu keunikan dari makanan tradisional ini adalah penggunaan rotan muda sebagai bahan dasar pembuatan panganan tersebut. Dilansir dari laman Mongabay, penggunaan rotan muda sebagai bahan dasar makanan berkaitan dengan kondisi tempat kuliner ini berasal.
Sebab di daerah asalnya, rotan muda menjadi salah satu tumbuhan yang banyak dijumpai di hutan. Kondisi ini membuat masyarakat setempat mulai mengolah rotan muda tersebut agar bisa menjadi makanan dan dikonsumsi.
Proses memasak pakat cukup mudah untuk dilakukan. Kawan hanya perlu mengumpulkan rotan muda yang menjadi bahan dasar pembuatan terlebih dahulu.
Rotan muda ini nantinya akan dipotong dengan ukuran tertentu. Setelah itu, rotan muda ini akan dibakar dengan menggunakan arang.
Proses pembakaran ini biasanya memakan waktu lebih kurang 30 menit. Nantinya rotan muda yang dibakar akan mengeluarkan getah berwarna putih.
Hal ini menandakan bahwa pakat sudah matang dan bisa disajikan. Rotan muda tersebut nantinya akan dikupas bagian luar untuk diambil isinya.
Isi dari rotan muda yang sudah dibakar inilah yang menjadi makanan tradisional pakat. Makanan ini bisa dikonsumsi secara langsung atau disandingkan dengan tambahan lainnya.
Secara rasa, makanan tradisional ini memiliki cita rasa pahit. Namun cita rasa ini justru diyakini bisa menambah selera dari setiap penikmatnya.
Salah Satu Menu Takjil saat Ramadan
Pakat juga menjadi salah satu kuliner musiman yang ada di daerah Sumatra Utara. Makanan tradisional ini menjadi salah satu menu takjil yang banyak dicari pada saat momen Ramadan.
Sebenarnya Kawan tetap bisa menjumpai makanan tradisional ini pada momen lain di luar Ramadan. Namun penjual pakat biasanya akan banyak bermunculan pada saat momen bulan suci bagi umat Islam tersebut.
Dilihat dari laman Halo Indonesia, anggapan pakat bisa menambah nafsu makan membuat banyak orang memburu kuliner ini sebagai menu takjil untuk berbuka puasa. Biasanya makanan ini dikonsumsi bersamaan dengan nasi dan lauk tambahan lainnya.
Cita rasa pahit yang ada dari pakat membuat makanan lainnya terasa lebih nikmat. Hal inilah yang membuat makanan tradisional ini dianggap bisa menambah nafsu makan setiap orang yang mengonsumsinya.
Tidak hanya itu, pakat juga dianggap memiliki khasiat yang bagus bagi kesehatan. Masih dari laman web yang sama, makanan tradisional ini dipercaya ampuh untuk mengobati berbagai macam penyakit, seperti diabetes, malaria, dan hipertensi.
Selain itu, pakat juga menjadi salah satu hidangan yang disajikan pada saat acara khusus yang diadakan oleh masyarakat Mandailing dan sekitarnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Industri perhiasan Indonesia terus menunjukkan potensi besar sebagai penopang ekonomi nasional.
Selain memiliki nilai ekspor yang tinggi, sektor ini juga berkontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja, pelestarian budaya, serta daya saing produk lokal di pasar global.
Data Kemenperin mencatat bahwa nilai ekspor barang perhiasan dan barang berharga Indonesia pada Desember 2024 mencapai USD 435 juta, meningkat 17,9 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, mengungkapkan bahwa industri perhiasan memainkan peran penting dalam perekonomian nasional.
“Dengan kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan ekspor, serta pengembangan budaya dan kearifan lokal, industri ini memiliki potensi besar untuk bersaing di pasar global,” ujarnya dalam keterangan resmi pada Rabu (5/3).
Secara keseluruhan, nilai ekspor industri perhiasan sepanjang tahun 2024 tercatat USD 5,5 miliar.
“Kami memiliki optimisme yang tinggi terhadap peningkatan ekspor industri perhiasan di tahun 2025, dengan harapan kondisi perekonomian global dapat semakin membaik,” kata Reni.
Transformasi Industri Perhiasan, Dari Tradisi ke Modernisasi
Seiring dengan perkembangan zaman, industri perhiasan mengalami perubahan yang signifikan, baik dari segi desain, teknologi, maupun perilaku konsumen. Reni menjelaskan bahwa perhiasan kini bukan hanya sekadar aksesori, tetapi juga menjadi simbol budaya, keberlanjutan, dan modernitas.
Salah satu tren yang berkembang dalam industri ini adalah penggunaan teknologi 3D printing. Teknologi ini memungkinkan produsen menciptakan perhiasan dengan desain lebih inovatif, bobot lebih ringan, serta tingkat presisi tinggi.
Selain itu, personalisasi produk sesuai dengan preferensi konsumen juga semakin diminati, terutama oleh generasi muda.
“Perhiasan tidak lagi hanya digunakan dalam acara perayaan tertentu, tetapi telah menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari. Oleh sebab itu, desain perhiasan terus berkembang mengikuti permintaan pasar yang mengarah pada desain yang lebih minimalis, fungsional, dan elegan,” lanjut Reni.
Untuk memperkuat daya saing industri perhiasan Indonesia, Kemenperin terus mendorong kolaborasi antara pelaku industri kecil dan menengah (IKM), desainer lokal, akademisi, serta pemangku kepentingan lainnya.
Salah satu upaya strategis yang dilakukan adalah dengan mendukung Jakarta International Jewellery Fair (JIJF) 2025, pameran dagang perhiasan bertaraf internasional.
Diselenggarakan oleh Asosiasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (APEPI) pada 27 Februari-2 Maret 2025, pameran ini menjadi wadah bagi pelaku industri untuk memperkenalkan produk terbaru, menjalin kerja sama bisnis, serta berbagi informasi terkait tren dan inovasi dalam industri perhiasan.
Reni mengapresiasi peran APEPI dalam mendukung delapan pelaku IKM binaan Ditjen IKMA yang telah lolos seleksi untuk berpartisipasi dalam JIJF 2025.
“Hal ini menunjukkan dukungan kuat dari asosiasi sebagai upaya untuk mendorong perluasan akses pemasaran produk perhiasan dan perkembangan pelaku industri perhiasan,” ungkapnya.
Dengan nilai ekspor yang terus meningkat, adaptasi terhadap tren global, serta dukungan dari pemerintah dan asosiasi, industri perhiasan Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama di kancah internasional.
Sekitar 74.000 tahun yang lalu, ketika Homo sapiens mulai bermigrasi dari Afrika ke Asia dan Eropa, Gunung Toba di Sumatra Utara, Indonesia, meletus dengan kekuatan dahsyat. Letusan ini menjadi salah satu bencana geologis terbesar dalam sejarah, dengan energi setara jutaan ton bahan peledak, bahkan melampaui letusan Gunung Krakatau pada 1883.
Awan panas membumbung tinggi ke stratosfer, sementara material vulkanik melesat hingga 320 km/jam, membakar segala yang dilewatinya. Abu vulkanik menyelimuti Sumatra hingga Asia Selatan, bahkan mencapai India, di mana lapisan abu setebal 15 cm mengeras seperti semen setelah terkena hujan. Gelombang tsunami akibat aktivitas seismik semakin memperburuk kehancuran.
Dampaknya terhadap ekosistem sangat parah. Hutan tropis terbakar, sungai tertutup lumpur, dan udara dipenuhi abu beracun bagi manusia serta hewan. Kelaparan melanda karena sumber makanan hilang, sementara partikel abu yang terhirup merusak paru-paru makhluk hidup.
Letusan yang Mengubah Dunia
Letusan Gunung Toba tidak hanya menjadi bencana lokal, tetapi juga peristiwa global yang mengubah wajah Bumi. Awan abu yang mencapai atmosfer menyebabkan pendinginan global, menurunkan suhu Bumi hingga 5°–9°F selama satu dekade. Hal ini berdampak luas pada ekosistem, mengganggu pola cuaca, dan hampir menyebabkan kepunahan manusia.
Abu vulkanik dari letusan ini tersebar hingga ribuan kilometer, bahkan ditemukan di lapisan es Greenland. Lebih dari 11 miliar ton asam sulfat dan 6,6 juta ton sulfur dioksida dilepaskan ke atmosfer, membentuk partikel asam yang merusak kehidupan. Partikel vulkanik ini menghalangi sinar matahari, membuat langit gelap, dan menyebabkan pendinginan ekstrem, serupa dengan efek letusan Krakatau 1883.
Penurunan suhu yang drastis membuat hutan tropis tidak layak huni, bahkan salju turun di daerah dataran tinggi yang sebelumnya hangat. Dampaknya 1.000 kali lebih besar dari “Tahun Tanpa Musim Panas” akibat letusan Gunung Tambora pada 1815, yang menyebabkan gagal panen dan kelaparan di Eropa dan Amerika Utara.
Warisan Kehancuran dan Ketahanan
Para ahli genetika dan arkeologi meyakini bahwa letusan ini menciptakan “genetic bottleneck” atau penyempitan keanekaragaman genetik manusia. Diperkirakan hanya sekitar 1.000 hingga 10.000 pasang manusia yang berhasil bertahan setelah bencana ini.
Fenomena ini didukung oleh berbagai bukti genetika, termasuk perubahan yang tercatat pada gen kutu manusia dan bakteri Helicobacter pylori, yang menunjukkan pola penyempitan genetik pada periode yang sama dengan letusan Toba. Tidak hanya manusia, spesies lain seperti harimau dan panda juga mengalami masa kritis serupa, menegaskan dampak luas bencana ini terhadap kehidupan di Bumi.
Gunung Toba memuntahkan material vulkanik dalam jumlah luar biasa, dengan dampak yang terasa hingga ribuan kilometer jauhnya. Dengan volume letusan ribuan kali lebih besar dibandingkan letusan bersejarah seperti Tambora dan Krakatau, Toba menciptakan lapisan abu yang menutupi langit, menghalangi sinar matahari, dan menyebabkan pendinginan global yang drastis.
Selama tiga tahun setelah letusan, suhu global turun rata-rata 5° hingga 9°F, dan pemulihan iklim memakan waktu lebih dari satu dekade. Dampak letusan Toba bahkan dibandingkan dengan peristiwa kepunahan massal yang memusnahkan dinosaurus 65 juta tahun lalu.
Namun, letusan ini tidak hanya meninggalkan jejak kehancuran, tetapi juga kisah ketahanan dan kelangsungan hidup. Baru pada akhir 1990-an, para ilmuwan mulai memahami skala letusan Toba melalui penelitian di bidang geologi dan genetika. Temuan ini tidak hanya mengungkap besarnya bencana, tetapi juga menunjukkan ketangguhan manusia dalam menghadapi kehancuran yang begitu luas.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Apakah Kawan pernah mencicipi salah satu kuliner khas yang berasal dari daerah Gunungkidul, Yogyakarta, yakni gatot singkong? Kuliner yang satu ini merupakan salah satu jajanan tradisional yang bisa Kawan jumpai ketika berkunjung di daerah tersebut.
Pada saat ini, gatot singkong sudah tidak memiliki banyak peminat seperti dulunya. Padahal dulunya kuliner yang satu ini digunakan oleh masyarakat sebagai pengganti pangan lokal ketika musim paceklik tiba.
Namun Kawan masih bisa menjumpai kuliner tradisional ini di beberapa toko oleh-oleh yang ada di daerah Gunungkidul. Lantas bagaimana penjelasan lebih lanjut terkait kuliner tradisional gatot singkong tersebut?
Simak ulasan lengkap terkait makanan tradisional khas Gunungkidul tersebut dalam artikel berikut ini.
Asal Usul Gatot Singkong
Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, gatot singkong merupakan salah satu makanan tradisional yang berasal dari daerah Gunungkidul. Kuliner tradisional yang satu ini dibuat dengan menggunakan bahan dasar singkong yang difermentasi.
Tahukah Kawan bahwa penamaan gatot dalam makanan tradisional ini merupakan sebuah akronim atau singkatan? Dilansir dari laman RRI, kata gatot sendiri merupakan singkatan dari “gagal total”.
Penamaan ini merujuk pada bahan utama yang digunakan untuk membuat gatot. Makanan ini biasanya dibuat dari sisa bahan jajanan tradisional lainnya, yakni tiwul yang tidak berproses.
Sisa bahan inilah yang nantinya akan diolah dan difermentasi hingga menjadi gatot. Meskipun memiliki singkatan “gagal total”, gatot singkong tetap menjadi salah satu kuliner tradisional yang patut Kawan coba ketika berkunjung ke daerah ini.
Pengganti Pangan Pokok
Konon gatot singkong diketahui sebagai salah satu kuliner yang tercantum di dalam Serat Centhini. Jika memang demikian, maka kuliner tradisional ini sudah eksis sejak ribuan tahun silam.
Namun ada juga sumber lain yang menyebutkan bahwa gatot singkong ditemukan setelah kemerdekaan Indonesia. Masih dari laman RRI, pada awal kemerdekaan terjadi krisis pangan di beberapa daerah Indonesia, termasuk di Gunungkidul.
Krisis pangan ini tentu menyulitkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan utama mereka. Apalagi kondisi daerah Gunungkidul yang tandus dan krisis air makin memperparah situasi tersebut.
Hal inilah yang kemudian memunculkan inisiatif masyarakat untuk mengganti makanan pokok mereka. Alih-alih membuka sawah yang membutuhkan banyak air, masyarakat lebih memilih singkong sebagai pangan pokok utama.
Kondisi ini kemudian membuat Gunungkidul dikenal sebagai daerah dengan ketersediaan singkong yang banyak. Ketersediaan bahan baku inilah yang kemudian membuat masyarakat mengolah singkong tersebut hingga menjadi gatot.
Umumnya gatot singkong dikonsumsi sebagai pengganti makanan pokok yang lazim dijumpai di Indonesia, yakni nasi. Terkadang masyarakat juga mengonsumsi makanan tradisional ini sebagai kudapan sehari-hari.
Kaya akan Kandungan Gizi
Meskipun terlihat sederhana, sebenarnya gatot singkong memiliki kandungan gizi yang mumpuni. Hal ini tentu bisa mendatangkan manfaat bagi setiap orang yang mengonsumsi makanan tradisional tersebut.
Dikutip dari laman AgroMedia, gatot singkong menjadi salah satu makanan yang kaya akan serat. Kandungan gizi ini didapatkan dari singkong yang menjadi bahan baku pembuatan makanan tersebut.
Kandungan serat ini nantinya akan berguna untuk menjaga kondisi tubuh. Misalnya makanan dengan kandungan serat bisa membantu memperlancar proses pencernaan dari setiap orang yang dikonsumsinya.
Selain serat, gatot singkong juga diketahui memiliki kandungan gizi lainnya, yakni asam amino. Adanya kandungan gizi ini tentu tidak sekadar menghadirkan kenikmatan ketika mengonsumsi makanan tersebut, tetapi juga manfaat lain bagi setiap penikmatnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
Sepuluh merek dari ASEAN berhasil masuk dalam daftar Brand Finance Global 500 tahun 2025, dengan DBS Bank mencuri perhatian sebagai merek perbankan paling bernilai di kawasan.
Bank asal Singapura ini mencatat peningkatan nilai merek sebesar 56% menjadi USD 17,2 miliar, didorong oleh pendapatan bunga bersih yang kuat, biaya kartu kredit, serta kinerja luar biasa dalam manajemen kekayaan dan pinjaman.
DBS Bank melonjak 71 peringkat ke posisi 122 dunia, sekaligus mempertahankan peringkat kekuatan merek AAA. Dominasi Singapura dalam daftar ini semakin terlihat dengan kehadiran empat dari sepuluh merek ASEAN teratas, sementara enam lainnya berasal dari Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Vietnam.
Merek Singapura Perkuat Posisi di ASEAN dan Global
Selain DBS, beberapa merek terkemuka asal Singapura juga mencetak pencapaian penting dalam Brand Finance Global 500 tahun 2025.
OCBC Bank mengalami peningkatan nilai merek sebesar 28% menjadi USD 6,4 miliar, naik 109 peringkat ke posisi 374 dunia. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih dan ekspansi di pasar utama seperti Malaysia, Indonesia, dan China.
UOB juga menunjukkan kinerja solid dengan peningkatan nilai merek 9% menjadi USD 6,1 miliar. Akuisisi bisnis perbankan konsumen Citigroup memperkuat kehadiran UOB di Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Vietnam.
Marina Bay Sands tetap menjadi ikon global, menempati peringkat keempat merek terkuat di dunia dengan skor Brand Strength Index (BSI) 94 dari 100 serta peringkat AAA+. Di sektor pariwisata, Marina Bay Sands terus menjadi daya tarik utama bagi Singapura, menarik jutaan wisatawan setiap tahunnya.
Merek ASEAN Perluas Dominasi di Berbagai Sektor
Maybank Malaysia kembali masuk dalam daftar Brand Finance Global 500 setelah absen sejak 2019, dengan nilai mereknya melonjak 52% menjadi USD 5,2 miliar. Pertumbuhan ini didorong oleh strategi digital dan fokus pada pelanggan.
Dari Indonesia, Bank Mandiri masuk dalam daftar sebagai pendatang baru, dengan nilai mereknya meningkat 52% menjadi USD 5,6 miliar, berkat kinerja yang kuat dalam investasi, perbankan syariah, dan pertumbuhan finansial. Sementara itu, BRI mencatatkan peningkatan nilai merek sebesar 36% menjadi USD 7,3 miliar, naik 123 peringkat ke posisi 323 dunia.
Tren lain yang patut dicatat dalam daftar ini adalah kekuatan sektor energi ASEAN yang terus bertahan, meskipun ada tantangan global. PETRONAS Malaysia mencatatkan nilai merek sebesar USD 14,4 miliar, meskipun mengalami penurunan 1%, sementara PTT Thailand naik 11% menjadi USD 9,2 miliar.
Satu-satunya merek Vietnam dalam daftar ini, Viettel, mengalami penurunan 29% dalam nilai mereknya menjadi USD 6,4 miliar, meskipun skor kekuatan mereknya sedikit meningkat, yang mencerminkan tantangan dalam pertumbuhan pendapatan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
nternet terus berkembang pesat, menghubungkan 5,52 miliar orang di seluruh dunia—sekitar 67,5% dari populasi global. Perannya kini semakin tak tergantikan dalam komunikasi, bisnis, dan akses informasi.
Internet seluler menjadi pendorong utama revolusi digital ini, memungkinkan lebih dari separuh populasi dunia tetap terhubung melalui smartphone. Meskipun kecepatan internet seluler terus meningkat, kesenjangan kualitas koneksi masih nyata, dengan beberapa negara unggul sementara yang lain tertinggal. Tren ini terus membentuk ekonomi global dan dinamika sosial.
Perbedaan kecepatan internet antarnegara tetap signifikan, dengan Timur Tengah dan Asia memimpin dalam koneksi tercepat. Peringkat ini lebih dari sekadar angka—ia mencerminkan kualitas layanan, kemajuan teknologi, dan pengalaman pengguna dalam mengakses internet secara global.
Berdasarkan data Global Relocate, berikut daftar negara dengan kecepatan internet tercepat dan terlambat di dunia.
10 Negara dengan Kecepatan Internet Tercepat di Dunia
Negara
Kecepatan Internet (Mbps)
Qatar
286,42
Uni Emirat Arab
284,21
Kuwait
216,96
Korea Selatan
173,95
Denmark
157,94
China
144,85
Norwegia
141,40
Islandia
136,91
Belanda
134,15
Arab Saudi
125,19
Menurut Global Relocate, Qatar memiliki internet tercepat di dunia dengan rata-rata 286,42 Mbps, berkat investasi besar dalam infrastruktur telekomunikasi dan pengembangan 5G.
Arab Saudi menutup daftar 10 besar dengan kecepatan 125,19 Mbps, sejalan dengan ambisi digitalnya dalam Visi 2030.
10 Negara dengan Kecepatan Internet Terlambat di Dunia
Negara
Kecepatan Internet (Mbps)
Timor-Leste
3,34
Kuba
3,84
Afghanistan
5,07
Sudan
7,50
Tajikistan
8,14
Haiti
8,38
Yaman
8,87
Bolivia
9,92
Venezuela
11,43
Belarus
11,86
Di sisi lain, beberapa negara masih menghadapi kecepatan internet yang sangat lambat akibat terbatasnya infrastruktur, tantangan ekonomi, atau konflik yang sedang berlangsung. Timor-Leste memiliki internet paling lambat di dunia, disusul oleh Kuba dan Afghanistan, yang semuanya mengalami hambatan besar dalam pengembangan telekomunikasi.
Negara lain dalam daftar ini termasuk Sudan, Tajikistan, Haiti, Yaman, Bolivia, dan Venezuela. Faktor seperti kemiskinan, konflik, dan bencana alam telah menghambat pertumbuhan infrastruktur digital di negara-negara tersebut.
Sementara itu, Belarus menutup daftar ini, di mana kontrol ketat pemerintah terhadap layanan telekomunikasi turut membatasi kecepatan internet di negara tersebut.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News