
Rumah arwah menjadi pemandangan unik saat datang ke gang sempit di Pecinan Kota Semarang. Rumah arwah menjadi tradisi penting bagi orang Tionghoa untuk menghormati para leluhur atau kerabat yang sudah meninggal.
Dimuat dari Detik, pemilik dari rumah arwah ini adalah Ong Bik Hok (75) yang sudah menggeluti bisnis ini sejak sekitar tahun 1800-an. Dirinya menjadi generasi keempat yang membuat pernak-pernik untuk ritual kematian warga keturunan Tionghoa itu.
“Saya sudah generasi keempat. Sudah ada sekitar tahun 1800-an. Biasanya banyak pesanan ketika tilik kubur dan imlek,” kata Ong Bik Hok.
Mengulik Budaya Ngopi di Kota Pontianak, Potret Keberagaman dalam Secangkir Kehangatan
Dia menyebut pada awalnya workshop-nya sudah berada di Gang Cilik itu. Tetapi lokasinya sempat bergeser sedikit dan kini ada tepat di depan klenteng Hoo Hok Bio.
“Dari dulu memang di sekitar sini. Dulu di rumah kakek, sekarang di sini,” ujarnya.
Tradisi orang Tionghoa
Hoo Hok Bio menjelaskan bagi orang Tionghoa arwah orang meninggal perlu diberi bekal di akhirat. Bekal yang dimaksud seperti barang-barang di dunia yaitu rumah dan seisinya.
“Namanya Rumah Arwah, dikirim kepada yang meninggal. Supaya di sananya tidak kekurangan sesuatu. Perabot, rumah, ada semua, kasur, TV, garasi, mobil. Kayak rumah biasa. Kemudian ada syaratnya, harus ada ‘gunung emas’, ‘gunung perak’, ‘gunung uang’. Ada dewa pengantar juga, ada surat rumahnya, lengkap,” ujar Hok.
Hok menyebut rumah arwah hingga perabotan akan dibentuk sesuai dengan pesanan. Ada beberapa permintaan unik semisal membuat ruang karaoke karena mendiang suka menyanyi.
Jejak Warisan Tionghoa di Klenteng Kim Tek Le, Klenteng Tertua di Jakarta yang Penuh Cerita
Tetapi bentuk rumah arwah tidak boleh sama dengan yang ada di dunia, karena akan memberi sial. Karena itu perlu didesain secara hati-hati.
“Rumahnya nggak boleh sama kayak yang di dunia, harus beda. Kalau yang sama dikirim nanti ada gangguan. Ada anaknya kirim rumah untuk ayah yang sudah meninggal persis seperti yang ditempati, kemudian ada masalah. Jadi nggak boleh sebenarnya, harus desain lainnya. Kecuali rumahnya sudah dijual,” jelas Hok.
Ritual rumah arwah
Ong menyebut rumah arwah itu, beserta perabotan dari kertas dan bambu itu dikirim ke orang yang sudah meninggal dengan cara dibakar. Menurut kepercayaan Tionghoa, bekal tersebut menemani arwah yang berada di akhirat.
“Nanti dibakar, waktu kirim rumah misal 49 hari (setelah kematian). Ada ritualnya, Kong Tek,” katanya.
Rujak Juhi, Makanan Tradisional Betawi yang Digemari Masyarakat Tionghoa di Jakarta pada 1960-an
Upacara pembakaran rumah arwah itu akan dilakukan 40 hari setelah kematian. Rumah arwah itu konon digunakan sebagai tempat tinggal arwah yang meninggal di alam baka.
“Dalam kepercayaan kami, orang meninggal rohnya harus diberi rumah. Kalau tidak diberi rumah, arwahnya bisa tersesat,” imbuhnya.
Sumber:
- Pembuat Rumah Arwah di Gang Cilik Pecinan Semarang Kini Tinggal Satu-satunya
- Rumah Arwah: Warisan Leluhur Tionghoa yang Tetap Hidup di Semarang
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News