Posted on Leave a comment

KUBET – Nenek Renia, Satu dari Sekian Penutur Sastra Lisan “Korehan” yang Masih Setia

images info

Jika seluruh sastra lisan dari masing-masing suku di Indonesia dihimpun, dapat dipastikan jumlahnya akan lebih banyak dari perkiraan. Meski pola cerita yang ditawarkan sebagian besar sama, sastra lisan tetap memiliki tokoh khas di masing-masing daerah.

Sayangnya, belum ada angka pasti untuk menunjukkan seberapa kaya Indonesia akan sastra lisan.  Sebab, sastra ini kerap kali diturunkan lewat mulut ke mulut. Oleh karena itu, keberadaannya sulit untuk dilacak.

Akan tetapi, sebenarnya, lisan sangat dekat dengan masyarakat. Cerita-cerita dalam sastra lisan ini kerap menjadi pengantar tidur anak-anak, misalnya saja legenda Malin Kundang. Makanya, dongeng atau legenda dalam sastra lisan bisa dikenal dengan cerita rakyat.

Sastra lisan yang di dalamnya termasuk cerita rakyat menjadi tradisi masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Cerita rakyat menjadi milik masyarakat secara kolektif.

Namun, ada yang unik dari sastra lisan. Di Dayak Pesaguan, sastra lisan justru dituturkan oleh kalangan bangsawan. Oleh karena itu, pelestarian sastra tersebut dapat dibilang cukup sulit.

Dayak Pesaguan merupakan salah satu subsuku Dayak yang mendiami Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Nama Pesaguan didasarkan pada tempat tinggalnya yang berada di hulu sungai Pesaguan.

Inilah Sukendar, Sang Maestro Pengrajin Calung Banyumas

Korehan Dituturkan Kaum Bangsawan

Sastra lisan korehan merupakan sastra yang hidup di tengah-tengah masyarakat Dayak Pesaguan. Sayangnya, pelestarian sastra ini bisa dibilang mulai langka. Sebab, sastra ini terbilang unik dengan ketentuan yang cukup ketat.

Pada zaman dulu, korehan hanya boleh dituturkan dari kalangan bangsawan atau masyarakat dengan kepentingan khusus. Masyarakat umum tidak diperkenankan menjadi penutur seni lisan ini. Hal inilah yang dinilai menjadi salah satu faktor korehan sulit untuk diturunkan ke masyarakat Dayak Pesaguan.

Bahkan, sastra lisan ini juga terbilang sulit untuk bisa “masuk” ke dalam sekolah-sekolah.

Mak Normah, Maestro Kepulauan Riau yang Gigih Mewariskan Kesenian Mak Yong

“Jika ingin dikisahkan seperti dongeng di sekolah, sulit, karena (menggunakan) bahasa Dayak Pesaguan halus. Oleh karena itu, tidak stiap orang dapat berkorehan,” jelas nenek Renia.

Nenek Renia merupakan salah satu penutur korehan – sastra lisan Dayak Pesaguan – yang masih bertahan hingga saat ini. Di usianya yang mencapai 84 tahun, ia masih sangat fasih menuturkan korehan. Hal ini dapat dilihat dari video Fernandus Deo Dekapriyo dalam lomba Rekam Maestro yang digelar GNFI X Kemdikbud.

“Kisah ini menceritakan tentang kesukaan dan semarak pesta yang sedang dilaksanakan. Pria dan wanita menari bersama sambil bercanda mengikuti alunan musik,” imbuhnya.

Korehan tampak seperti cerita muda-mudi yang bersuka cita. Di dalamnya menceritakan kisah remaja yang suka bergaul dan penuh dengan romansa asmara. Meski demikian, korehan memuat nasihat dan amanat dalam setiap ceritanya.

Maestro Sulawesi Tengah, Ina Tobani yang Langgengkan Pakaian Adat dari Kulit Kayu Pohon Beringin

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *